Minggu, 17 April 2011

Bab IV. 4.3 Cerita Tentang Cinta Kasih

I BELIEVE I CAN FLY (Impianku adalah Citaku tuk kesuksesanku)

Cinta MElihat SenYum itu tapi,cinta tak mampu membalasnya…!!!!
Kasih apa tak ada lagi cinta kasih buat cinta????
Kenapa tiba-tiba semua ini????kenapa??/Apa tak ada lagi kesempatan itu buat cinta???
1000 pertanyaan dalam benak cinta.Dulu sebelum semua ini terjadi cinta pernah bertanya”kasih dimana”????Kasih menjawab dihatimu!!!,Masa sehh Dihati cinta??
[Mank kasih MUat dalam Hati Cinta????ohh Sungguh terlalu”LEBAI”]
Hanya senyum yang bisa cinta lakukan untuk mastikan nya…
Selama ini Cinta Kasih menjalani hubungan yang bisa dikatakan lebih dari sekedar teman. Bahkan Cinta pernah mencoba kan meminta kepastian dari Kasih
namun Cinta takut Kasih menganggap Cinta mengemis Kasih sayang tu dari Kasih
perasaan Cinta yang terlanjur sudah…tersimpan dalam hati Cinta yang tak dapat terhapuskan begitu saja..Biarlah perasaan ini Cinta Pendam Sampai Akhirnya Kasih Menanyakan itu…Tapi apa????….Terlalu lama Cinta Menunggu kepastian dari Kasih…
Menunggu sesuatu yang sangat menyebalkan bagi Cinta.
Saat Cinta harus bersabar dan t’rus bersabar menantikan kehadiran Kasih
Entah sampai kapan Cinta harus menunggu Sesuatu yang sangat sulit ‘tuk Cinta jalani
Hidup dalam kesendirian sepi tanpa Kasih.Kadang Cinta berpikir cari pengganti Kasih
Saat Kasih jauh di sana
Gelisah sesaat saja tiada kabar Kasih Cinta curiga entah penantian Cinta sia-sia
Entah sampai kapan Cinta harus bertahan,Saat Kasih jauh di sana rasa cemburu merasuk ke dalam pikiran Cinta.Melayang tak tentu arah tentang Kasih
Apakah sama yang Kasih Rasakan rasakan???? Akhiri semuanya cukup sampai di sini
Dan buktikan perngorbanan kasihmu untuk Cinta
Kenapa setelah cinta berusaha melepas kasih dan mencoba tuk melupakan kasih dengan lebih memilih kasih yang lain.Kasih dengan tiba-tiba menyapa Cinta dengan ucapan Sayang.Cinta terkejut.”Ada apa dengan ini”???Dengan perasaan gundah dan berat hati.Hingga Cinta membalasnya “Makasih buat perhatia Kasih ,tapi suasanya sudah tidak seperti dulu lagi,
Tiba lah waktu untuk mengungkapkan semuanya,, Sebelum kata CUKUP itu terucap dari bibir maniz kasih,,Kasih bilang saynk Sayng …saya******,,ng!!!Sayang bilang dulu..Cinta tak tak mengerti apa artinya!!!Cinta hanya terdiam setelah Kasih bertanya apa maksudnya”makasih buat perhatianya”Cinta…Cinta dengan perasaan bersalah menjawabnya dengan Iya.Cinta sudah punya kasih yang laen.Kenapa seperti itu???apakah Kasih ga bisa lebih dari kasih yang lain itu???Cinta menjawabnya Sudah terlambat Kenapa terlambat Cinta????jadi anggap apa Kasih selama ini???
Kenapa Kasih baru nyatakanya sekarang????Setelah Cinta menjalani semua ini dengan kasih yang lain.Jika ditanya soal perasaan Cinta sayank sama Kasih sudah lama Cinta memendam semua perasaan ini.Hingga Cinta tak sanggup lagi dengan penantian yang ga pasti seperti ini.Cinta tak mampu berpisah dari kasih.Cinta lakukan ini semua karena Kenapa Cintakasih.Kasih yang telah membuat Cinta Seperti ini mengatkan seperti itu???Apa Hubungan nya????Kasih Tak mengerti dengan mu Cinta,kembali lagi Kasih bertanya.Cinta terdiam tak mampu lagi mengatakan apa2 ketika kasih minta penjelasan dari Cinta.
Hingga akhirnya.<<<<<<<_-___-_’’’’’’’’’’
Cinta tak menyangka semua berakhir seperti ini .Kasih dengan mudahnya ucapakan kata”CUKUP”Apa arti semua ini???Cinta anggap apa kasih selama ini????Kata CUKUP yang tak pernah terlintas dibenak Cinta kini menjadi Cintakenyataan membuat Cinta terkejut bahkan diam seribu bahasa… bertanya”Apa tak ada lagi sedikit kasih buat Cinta???Kasih menjawab”Itu takkan mungkin Cinta!!!Laen Lubuk lain Ikannya,,,,
Jika benar pernah Kasih Ungkapkan”kasih sayang Cinta”Cinta mo Tanya KAPAN????tu???^-‘’’’’’’’
Jika Cinta tau Kasih punya perasaan yang sama seperti Cinta.Cinta takkan lakukan ini tapi apa daya semuanya sudah TERLANJUR..Yang tinggal hanya penyesalan.dan mengapakah penyesalan ini selalu datang terlambat????
Sayang dan cinta hanya buat Kasih,,Kasih yang telah membuat Cinta Semangat..Sayangnya tu semua berakhir begitu saja.Kasih datang membawa bahagia Kasih pergi membawa luka.Ini semua salah Cinta,Cinta yang telah merubah semuanya menjadi sebuah luka.Cinta tak bermaksud membuat kasih terluka hanya saja Cinta tak mengerti dengan kasih,Cinta butuh waktu.Cinta butuh pengertian,,Cinta butuh perhatian dari kasih.Ajari Cinta untuk lebih dewasa menanggapi semua ini.
Tapi itu semua sia-sia hingga kasih mengatakan CUKUP “semoga bahagia”Cinta tak dapat lagi berbuat apa-apa.cinta tak sanggup mendengarnya!!!^-******
Sungguh tega kasih menyiksa,mengikat bahkan menggantung perasaan Cinta demi sebuah cinta kasih.
Ditempat yang menjadi akhir cinta kasih Diantara kita,kini dikisahkan banyak orang.Mereka melewatinya,menyinggahinya bahkan menjadikanya sebagai tempat perpaduan kasih sayang yang sudah lama terpendam,Cinta bahagia bila selalu dekat dengan Kasih,Cinta bahagia ketika Kasih menemui Cinta walupun Cinta tau ini untuk yang terakhir kalinya.Kasih menatap Cinta seolah olah banyak yang masih ingin Kasih sampaikan pada Cinta.Saat itu Kasih mengatakan CUKUP untuk kesekian kalinya.
(Apakah Tu Mungkin??)
Cinta semoga bahagia.
Kenapa?????Kasih!!!!!Apa tak ada lagi sedikit Cinta kasih itu buat Cinta???Untuk apa lagi Cinta????Kasih ‘ga mau jadi penghalang diantara kalian.Ini semua Cinta lakukan karena Kasih…^^^_***Cinta tak sanggup jika selamanya hubungan kita seperti ini terus.Cinta tak mampu.
Jadi apa maumu Cinta????
Cinta juga tak tau…Mungkin Cinta akan lebih memilih jauh dari kasih yang lain itu.karena percuma untuk dijalani.Jika itu terjadi yang ada saling menyakiti.Untuk apa dijalani kalau Cinta Hanya bertepuk sebelah tangan…^^^____’’’’’’”””
Cinta lakukan ini karena Kasih tapi Cinta milih jauh darinya karena ini memang keputusan Cinta yang terbaik buat Cinta jalani.
Cinta kembali seperti yang dulu,Cinta yang sendiri,Cinta yang baek.Cinta yang Manis yang selalu ada buat semua orang.he he he he eh eh….
Cinta terima semua keputusan Kasih..mUngkin inilah jalan terbaik biat kita jalani.Makasih atas semuanya!!!!
Tak Begitu MUdAh Bagi Cinta TUk Melupakn SmuAnya itu…
Sekarang ada berapa Kasih-kasih lain yang datang mendekati Cinta,,tapi Cinta Belum bisa yakin atas semuanya…
Siapan pun yang mengiginkan Cinta itu Jaga dan rawatlah Cinta itu dengan PEnuh Kasih yang tulus dan suci..Sanyangi Cinta itu apa adanya…Cinta mudah pergi ketika luka menghampirinya .
Sebelum Cintamu pergi jauh meninggalkan mu dan takkan kembali Tuk mu,,,KEjarlah sebelum semuanya terlambat,Jangan biarkan Cinta itu Menbawa Luka,,,,
Karena sedikit keslhpahaman,,,
Lagu She”Apalah Arti Cinta”
Apalah arti cinta, bila aku tak bisa
Memilikimu..
Apalah arti cinta, bila pada akhirnya
Tak ‘kan menyatu..
Sesulit inikah jalan takdirku
Yang tak inginkan kita bahagia
Bila aku tak berujung denganmu
Biarkan kisah ini ku kenang selamanya
Tuhan tolong buang rasa cintaku
Jika tak kau ijinkan aku bersamanya
Inilah saatnya aku harus melepaskan dirimu
Tuhan tolong buang rasa cintaku
Jika tak kau ijinkan aku bersamanya
Untuk kasih yang pernah Cinta sakiti mohom maafmu atas smua ini Cinta juga tak inginkan ini terjadi diantara kita…

Bab IV. 4.2 Pola Sehat Berpacaran

POLA SEHAT BERPACARAN

Pacaran adalah sebuah kata yang tidak asing di benak kaum muda. Fenomena pacaran menjadi hal yang sangat menarik untuk di kaji lebih dalam. Pacaran sungguh identik dengan ‘jiwa muda’ yang bergelora dan menggebu dalam keseharian. Kehidupan manusia memang tak lepas dari cinta dan perasaan yang timbul karena kesadaran akan kebutuhan “saling mengasihi”. Harus di akui pula, pacaran menjadi sebuah anomali antara kebutuhan dan keterpaksaan arus pergaulan. Kenyataan hari ini bahwa satu sisi pacaran menjadi sebuah keharusan bagi mereka yang mencoba beradaptasi dengan zaman dan di satu sisi yang lain adalah kebutuhan dasar manusia, yaitu dapat mengasihi antar sesama manusia.
Menurut Yahya Ma’shum dan Chatarina Wahyurini, Kompas Cyber Media (11 April 2004) Pacaran merupakan; proses sayang-sayangan dua manusia lawan jenis, itu merupakan kegiatan mengenal, memahami, serta belajar membina hubungan dengan lawan jenis sebagai persiapan sebelum menikah untuk menghindari terjadinya ketidakcocokan dan permasalahan pada saat sudah menikah. Masing-masing berusaha mengenal kebiasaan, karakter atau sifat, serta reaksi-reaksi terhadap berbagai masalah maupun peristiwa.
Makna berpacaran adalah kesepakatan antara dua insan manusia untuk saling mengasihi satu sama lain dengan aturan-aturan yang harusnya di tetapkan dan tidak melanggar norma dan etika. Fenomena pacaran tentu terkait erat dengan budaya atau tradisi yang di anut. Tradisi pacaran berbudaya “sopan santun” seperti Indonesia tentu akan berbeda dengan tradisi pacaran ala Barat. Bila tidak disikapi dengan baik, proses berpacaran bisa membentuk perilaku-perilaku negatif, berbagai keputusan yang salah dan berbahaya bagi perkembangan jiwa serta masa depan. Contoh kasus dari kegiatan berpacaran yang keluar batas dan kurang beretika adalah “seks di luar nikah”. Hal ini merupakan titik ekstrim penyimpangan pacaran yang “sehat” menuju pacaran yang “tidak sehat”. Pacaran yang tidak dilandasi “kontrol diri” dan perasaan benar-benar menjaga harga diri pasangan akan membuahkan kegiatan pacaran
menjadi tidak sehat dan cenderung berorientasi pada hubungan seksual saja.

Generasi muda yang mampu menyikapi kegiatan berpacarannya dengan arif tentu akan mendasari hubungannya dengan kontrol diri yang baik sesuai dengan etika dan norma yang berlaku, dengan membuang jauh-jauh hubungan seks di luar nikah. Hegemoni media dan informasi turut menyumbang prilaku hubungan pacaran yang tidak sehat. Maka dari itu perlunya informasi yang menuturkan norma dan nilai-nilai yang harus tetap dijunjung ketika remaja berpacaran. Suatu media informasi yang dapat digunakan sebagai alat sosialisasi tata cara pacaran yang sehat kepada remaja adalah sebuah solusi dari minimnya informasi tentang hubungan pacaran yang sehat.
Peran serta dari orang tua dalam mendidik anak ketika beranjak dewasa dirasa menjadi sangat penting. Hal ini dikarenakan pendidikan tentang seks dan pacaran harus di tanamkan mulai dari lingkungan terkecil, yaitu keluarga. Prinsip pola hubungan saling mengasihi yang sehat, beretika dan berkebudayaan ala timur harus ditanamkan secara konsisten oleh orang tua. Kesadaran akan bahaya dari seks bebas dan resiko hamil di luar nikah harus ditumbuhkan sejak usia remaja, sebelum anak-anaknya siap di lepas bergaul dalam masyarakat, dunia kampus, bahkan dunia malam sekalipun.
Tentu dengan kesadaran tinggi bahwa kegiatan berpacaran yang tidak didasari dengan Kontrol diri akan menyebabkan hubungan saling mengasihi menjadi timpang, cenderung berorientasi seksual. Kegiatan berpacaran akan lebih indah jika kesepakatan awalnya adalah berkomitmen untuk tidak melanggar norma dan etika yang sudah ada. Karena jika hubungan berpacaran tidak disikapi secara arif dan bijaksana akan membawa konsekuensi logis yaitu hamil di luar nikah dan beresiko terkena penyakit kelamin, serta sanksi sosialnya dikucilkan dari keluarga, sahabat, dan masyarakat.
Mungkin Zaman dulu semua orang masih awam dengan yang namanya berpacaran, mereka mungkin berpacaran secara sembunyi-sembunyi dari kedua oarangtuanya atau mungkin ada yang sudah dijodohkan kepada pria atau wanita yang menurut orangtuanya itu sudah pantas menjadi pasangan hidupnya . Siti Nurbaya misalnya, dia dipaksa menikah dengan lelaki yang tidak ia cintai, Datuk Maringgi namanya, karena dililit oleh hutang akhirnya orangtuanya terpaksa menjodohkan dia bahkan mengawininya dengan lelaki jahat itu, sedangkan zaman sekarang di era globalisasi ini anak muda sangat banyak di jumpai dimanapun sedang berpacaran di tempat umum tanpa menghiraukan omongan-omongan oranglain terhadap mereka .
Pacaran memang boleh-boleh saja untuk siapapun tapi memang harus ada batasan-batasan tertentu supaya mereka tidak terjerumus kedalam hal-hal negative . Pacaran sebenarnya tidak di wajibkan oleh Allah.SWT , Allah memang menciptakan manusia berpasang-pasangn tetapi Allah tidak mewajibkan untuk berpasaran apalagi berpacaran dengan tidak sopan .

Pacaran Sehat itu penting, dengan pacaran sehat kita akan merasa tidak perlu ada yang ditakuti baik secara fisik maupun batin . Pacaran Sehat banyak asumsinya, diantaranya :
1. Sehat fisik
sehat secara fisik berarti tidak ada kekerasan dalam berpacaran. biarpun cowok secara fisik memang lebih kuat, bukan berarti cowok dapat seenaknya menindas kaum cewek.
2. Sehat emosional
hubungan kita dengan orang lain akan terjalin dengan baik apabila ada rasa nyaman, saling pengertian, dan juga keterbukaan. kita tidak hanya dituntut untuk mengenali emosi diri sendiri, tetapi juga emosi orang lain. yang paling penting adalah bagaimana kita mengungkapkan dan mengendalikan emosi dengan baik.
3. Sehat sosial
pacaran sebaiknya bersifat tidak mengikat, artinya hubungan sosial dengan yang lain tetap harus dijaga dan kita tidak selalu fokus hanya pada pacar saja.
4. Sehat seksual
secara biologis, kaum remaja mengalami perkembangan dan kematangan seks. tanpa disadari, pacaran juga mempengaruhi kehidupan seksual seseorang. kedekatan secara fisik dapat mendorong keinginan untuk melakukan kontak fisik yang lebih jauh. jika hal itu diteruskan dan tidak terkontrol, maka dapat menimbulkan hal-hal yang sangat berisiko.

Telah disebutkan siatas apa saja yang perlu kita perhatikan dalam berpacaran, mingkin memang lebih baik kita sebagi kaum muda menghindari hal-hal yang nantinya akn berakibat tidak baik bagi diri kita .

Saran : Harus memperhatikan bahwa apa yang kita lakukan dalam berpacaran belum tentu akan mendapatkan kebaikan untuk diri kita sendiri maka pacaranlah dalam batasan yang wajar .
Kritik : Anak muda sekarang sudah jarang atau mungkin tidak menghiraukan pendapat oranglain terhadap apa yang mereka lakukan dalam bepacaran didepan umum atau tempat yang tidak layak untuk mengumbar kemesraan .

SUMBER :
http://www.dechacare.com/Pacaran-Sehat-Itu-Seperti-Apa-Ya-I97.html
SUMBER :
http://playa-d-en-bossa.fokal.info/fokal1/artikel/pendidikan/kumpulan-pendidikan/119.html

Bab IV. 4.1 Pengertian Cinta Kasih

Pengertian Cinta Kasih

Cinta adalah rasa sangat suka atau sayang kepada seseorang atau kepada Tuhan. Sedangkan kata Kasih artinya perasaan sayang atau cinta kepada atau menaruh belas kasihan. Dengan demikian arti cinta dan kasih hampir bersamaan, sehingga kata kasih memperkuat rasa cinta. Karena itu cinta kasih dapat diartikan sebagai perasaan suka atau sayang kepada seseorang yang disertai menaruh belas kasihan. Terdapat perbedaan antara cinta dan kasih, cinta lebih mengandung pengertian tentang rasa yang mendalam sedangkan kasih merupakan pengungkapan untuk mengeluarkan rasa, mengarah kepada yang dicintai. Cinta samasekali bukan nafsu.

Perbedaan antara cinta dengan nafsu adalah sebagai berikut:
1.Cinta bersifat manusiawi
2.Cinta bersifat rokhaniah sedangkan nafsu bersifat jasmaniah.
3.Cinta menunjukkan perilaku memberi, sedangkan nafsu cenderung menuntut.

Cinta memegang peranan yang penting dalam kehidupan manusia, sebab cinta merupakan landasan dalam kehidupan perkawinan, pembentukan keluarga dan pemeliharaan anak, hubungan yang erat dimasyarakat dan hubungan manusiawi yang akrab. Demikian pula cinta adalah pengikat yang kokoh antara manusia dengan Tuhannya sehingga manusia menyembah Tuhan dengan ichlas, mengikuti perintah-Nya, dan berpegang teguh pada syariat-Nya.

Dan Cinta juga selalu menyatakan unsur - unsur dasar tertentu yaitu:
1.Pengasuhan, contohnya cinta seorang ibu kepada anaknya.
2.Tanggung jawab, adalah tindakan yang benar – benar bedasarkan atas suka rela.
3.Perhatian, merupakan suatu perbuatan yang bertujuan untuk mengembangkan pribadi orang lain, agar mau membuka dirinya.
4.Pengenalan, merupakan keinginan untuk mengetahui rahasia manusia.

Menurut Dr. Salito W. Sarwono dalam artikel yang berjudul Segitiga Cinta , bukan cinta segitiga dikatakan bahwa cinta yang ideal memiliki 3 unsur, yaitu:
Keterikatan, adalah perasaan untuk hanya bersama orang yang dicintai, segala prioritas hanya untuk dia.
Keintiman, yaitu adanya kebiasaan – kebiasaan dan tingkah laku yang menunjukkan bahwa tidak ada jarak lagi, sehingga panggilan formal diganti dengan sekedar nama panggilan.
Kemesraan, yaitu rasa ingin membelai atau dibelai, rasa kangen apabila jauh atau lama tak bertemu, ucapan – ucapan yang menyatakan sayang, saling menium, merangkul dan sebagainya.
Dra. Kartini Kartono dalam bukunya Psikologi Abnormal & Pathologi Seks mengemukakan bahwa wanita dan pria dapat disebut normal dan dewasa bila mampu mengadakan relasi seksual dalam bentuk normal dan bertanggung jawab, hubungan seks yang normal mengandung pengertian bahwa hubungan tersebut tidak menimbulkan efek dan konflik psikis bagi kedua belah pihak serta tidak bersifat paksaan. Sedangkan untuk yang bertanggung jawab adalah bahwa kedua belah pihak menyadari konsekuensinya dan bertanggung jawab terhadapnya. Misalnya, mau menikah dan memelihara anak yang menjadi hasil relasi seksual yang dilakukan.

Abnormalitas menurut Dra. Kartini dibagi dalam tiga golongan, yaitu:
1.Dorongan Seksual yang abnormal
Pelacuran (prostitution) yang pada umumnya dilakukan wanita dalam melayani pria hidung belang karena dorongan ekonomi, kekecewaan dan seterusnya.
Perzinahan (adultery) merupakan relasi seksual yang dilakukan oleh pria atau wanita yang tidak sah secara agama dan hukum.
Perkosaan (rape) merupakan perbuatan cabul dengan cara kekerasaan atau paksaan.
Bujukan (seduction) merupakan bujukab atau rayuan untuk mengajak bersetubuh.

2.Partner Seks yang abnormal
Homoseksualitas, terhadap sesama jenis.
zoofilia, terhadap hewan.
Pedofilia, Terhada anak di bawah umur.
Geronto-seksualitas, Pria terhadap wanita tua.

3.Dalam pemuasan dorongan seksual
Voyeurism atau Peeping Tom, dilakukan seseorang yang mendapat kepuasan seks dengan melihat orang lain telanjang.
Transvestutisme, merupakan gejala pathologis yang memekai pakaian lawan jenis.
Transseksualisme, terjadi pada sesorang yang merasa dirinya memiliki seksualitas yang berlawanan dengan kenyataan.

KASIH SAYANG
Erich Fromm (1983:54) dalam bukunya Semi Mencintai mengemukakan tentang adanya macam macam cinta, yaitu:
1.Cinta Persaudaraan, diwujudkan manusia dalam tingkah atau perbuatannya. Cinta persaudraan tidak mengenal adanya batas – batas manusia berdasarkan SARA.
2.Cinta Keibuan, kasih sayang yang bersumber pada cinta seorang ibu terhadap anaknya.
3.Cinta Erotis, kasih sayang yang bersumber dai cinta erotis (birahi) merupakan sesuatu yang sifatnya khusus sehingga memperdayakan cinta yang sesunguhnya. Namun, bila orang yang melakukan hubungan erotis tanpa disadari rasa cinta, di dalamnya sama sekali tidak mungkin timbul rasa kasih sayang.
4.Cinta Diri Sendiri, yaitu bersumber dai diri sendiri. CInta diri sendiri bernilai positif jika mengandung makna bahwa seseorang dapat mengurus dirinya dalam kebutuhan jasmani dan rohani.
5.Cinta Terhadap Allah

KEMESRAAN
Kemesraan berasal dari kata mesra yang berarti erat atau karib sehingga kemesraan berarti hal yang menggambarkan keadaan sangat erat atau karib. Kemesraan juga bersumber dari cinta kasih dan merupakan realisasi nyata. Kemesraan dapat diartikan sama dengan kekerabatan, keakraban yang dilandasi rasa cinta dan kasih.
Tingkatan kemesraan dapat dibedakan berdasarkan umur, yaitu:
Kemesraan dalam Tingkat Remaja, terjadi dalam masa puber atau genetal pubertas yaitu dimana masa remaja memiliki kematangan organ kelamin yang menyebabkan dorongan seksualitasnya kuat.
Kemesraan dalam Rumah Tangga, terjadi antara pasangan suami istri dalam perkawinan. Biasanya pada tahun tahun wal perkawinan, kemesraan masih sangat terasa, namun bisa sudah agak lama biasanya semakin berkurang.
Kemesraan Manusia Usia Lanjut, Kemsraan bagi manusia berbeda dengan pada usia sebelumnya. Pada masa ini diwujudkan dengan jalan – jalan dan sebagainya.


PEMUJAAN
Pemujaan berasal dari kata puja yang berarti penghormatan atau tempat memuja kepada dewa – dewa atau berhala. Dalam perkembangannya kemudian pujaan ditujukan kepada orang yang dicintai, pahlawan dan Tuhan YME. Pemujaan kepada Tuhan adalah perwujudan cinta manusia kepada Tuhan, karena merupakan inti , nilai dan makna dari kehidupan yang sebenarnya.
Cara Pemujaan dalam kehidupan manusia terdapat berbagai perbedaan sesuai dengan ajaran agama, kepercayaan, kondisi dan situasi. Tempat pemujaan merupakan tempat komunikasi manusia dengan Tuhan. Berbagai seni sebagai manifestasi pemujaan merupakan suatu tambahan tersendiri dalam terciptanya kehidupan yang lebih indah.

Unsur-unsur cinta

1. Komitmen, adalah suatu sifat yang paling mendasar dalam hubungan, dengan komitmen berarti dalam hubungan anda telah membangun pondasi yang baik. Dan tentuanya hubungan anda akan menjadi kuat.

2. Nafsu atau keinginan untuk tetap bersama dengan anda yang cinta, dalam kontek ini adalah nafsu yang positive bukan nafsu sesaat, nafsu ini dimaksudkan adalah anda akan merasa ingin sekali bersama terus dengan pasangana.

3. Keintiman. ini adalah perasaan yang sangat mendalam kepada pasangan.

C. Cinta Idiel Mempunyai 3 unsur

keterikatan (perasaan dimana hanya ingin bersama orang yang dicintai), keintiman (perasaan dimana ditunjukkan bahwa antar satu sama lain sudah tidak ada jarak lagi), kemesraan (suatu perasaan dimana ingin merasakan bentuk sentuhan fisik dari orang yang dicintai).

D. kasih

Kasih adalah perasaan sayang atau cinta kepada atau menaruh rasa belas kasihan

E. Hubungan seksual yang normal dan bertanggung jawab

Menurut saya hubungan seks yang normal dan bertanggung jawab yaitu pada saat kita sudah menikah dan sudah dihalalkan oleh agama.

F. Abnormal perverse
menurut saya itu adalah hubungan seks yang tidak normal,tidak bertanggung jawab

G. Dra. Kartini Kartono membagi dalam 3 golongan dalam hal abnormalitas dalam pemuasan seks, yaitu :

a) pelacuran (prostitution) yang pada umumnya dilakukan oleh para wanita karena keterbatasan biaya dan kekurangan dalam hal ekonomi.

b) perzinahan (adultery) dilakukan oleh pria dan wanita yang bukan merupakan pasangan ilegal.

c) perkosaan (rape) yaitu perbuatan cabul yang disertai paksaan.

d) bujukan (seduction) yaitu bujukan misalnya mengajak untuk bersetubuh.

Partner seks yang abnormal

a) Homoseksualitas, yaitu dua orang berkelamin sama yang melakukan hal hubungan layaknya pasangan lawan jenis.

b) Zoofila, merupakan bentuk cinta mesra antara manusia kepada binatang.

c) Pedofilia, yaitu suatu bentuk pemuasan seksual yang dilakukan oleh orang dewasa kepada anak kecil.

d) Geroto-seksualitas, dilakukan oleh pemuda yang melakukan hubungan dengan wanita yang jauh lebih tua.

3.Dalam pemuasan dorongan seksual

a) Voyurism atau Peeping Tom, yaitu dilakukan oleh seseorang yang mendapat kepuasan seks dengan melihat orang telanjang, sebagian besar dilakukan oleh pria dibandingkan wanita.

b) Transvestutisme, yaitu merupakan gejala pathologis yang dilakukan dengan cara memakai pakaian dalam lawan jenis.

c) Transseksualisme, terjadi ketika seseorang yang merasa dirinya memiliki seksualitas yang berbeda dengan struktur tubuhnya.
H. bentuk cinta menurut Erich Fromm.

Erich Fromm (1983:24-27),seorang pengarang buku yang berjudul “Seni Mencintai” yang menyebutkan bahwa cinta itu memberi bukan menerima. Yang penting dalam memberi adalah dasar – dasar dari hal yang bersifat manusiawi. Misalnya saja yaitu pengasuhan,tanggung jawab,perhatian,pengenalan.


Tingkat kemesraan
Tingkatan kemesraan dapat dibedakan berdasarkan umur yaitu remaja, rumah tangga, dan manusia lebih lanjut yang akan diuraikan sebagai berikut :

1. Kemesraan dalam tingkat remaja
Kemesraan ini terjadi pada masa puber,atau genetal pubertas yaitu masa dimana remaja memiliki kematangan organ kelamin yang menyebabkan dorongan seksualitasnya kuat (heteroseksual). Tingkat kemesraan antara pria dan wanita tentunya sangatlah berbeda yaitu misalnya saja disebabkan oleh beberapa faktor yaitu :
1) Jumlah wanita pada umumnya lebih banyak daripada wanita
2) Masyarakat maupun wanita lebih mengarah pada perkawinan monogami
3) emansipasi wanita dan kemunduran pria terjadi dalam banyak hal seperti dalam karier.
2. Kemesraan dalam rumah tangga
Merupakan kemesraan antara suami dan istri dalam perkawinan. Biasanya pada tahun tahun pertama perkawinan kemesraan masih sangat terasa,tetapi seiring berjalannya waktu kebutuhan semakin berkurang dalam hal kemesraan,hal tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu misalnya saja seperti faktor fisik yang sudah tidak menarik perhatian lagi,faktor psikis yaitu rasa jenuh terhadap pasangan yang ada,setelah itu faktor berikutnya adalah faktor sosial,yaitu karena tadinya sang istri memperhatikan suami sekarang lebih memperhatikan anak – anaknya maupun cucunya. Hal – hal tersbut dapat memicu kurangnya kemesraan antara hubungan suami dan istri. Faktor kasih sayang yang merupakan perekat dalam kerukunan rumah tangga.
3. Kemesraan manusia usia tingkat lanjut

SUMBER :
Dr. Salito W. Sarwono
Arie's Blog

Bab 1. 1.3 Pengertian Kesustraan

Pengertian Kesustraan

Pada kesempatan ini saya ingin menyampaikan pengertian kesustraan. Secara etimologi (menurut asal-usul kata) kesusastraan berarti karangan yang indah. “sastra” (dari bahasa Sansekerta) artinya : tulisan, karangan. Akan tetapi sekarang pengertian “Kesusastraan” berkembang melebihi pengertian etimologi tersebut. Kata “Indah” amat luas maknanya. Tidak saja menjangkau pengertian-pengertian lahiriah tapi terutama adalah pengertian-pengertian yang bersifat rohaniah. Misalnya, bukankah pada wajah yang jelak orang masih bisa menemukan hal-hal yang indah.
Sebuah cipta sastra yang indah, bukanlah karena bahasanya yang beralun-alun dan penuh irama. Ia harus dilihat secara keseluruhan: temanya, amanatnya dan strukturnya. Pada nilai-nilai yang terkandung di dalam ciptasastra itu.
Ada beberapa nilai yang harus dimiliki oleh sebuah ciptasastra. Nilai-nilai itu adalah : Nilai-nilai estetika, nilai-nilai moral, dan nilai-nilai yang bersifat konsepsionil. Ketiga nilai tersebut sesungguhnya tidak dapat dipisahkan sama sekali. Sesuatu yang estetis adalah sesuatu yang memiliki nilai-nilai moral. Tidak ada keindahan tanpa moral. Tapi apakah moral itu? Ia bukan hanya semacam sopan santun ataupun etiket belaka. Ia adalah nilai yang berpangkal dari nilai-nilai tentang kemanusiaan. Tentang nilai-nilai yang baik dan buruk yang universil. Demikian juga tentang nilai-nilai yang bersifat konsepsionil itu. Dasarnya adalah juga nilai tentang keindahan yang sekaligus merangkum nilai tentang moral.
Nilai-nilai estetika kita jumpai tidak hanya dalam bentuk (struktur) ciptasastra tetapi juga dalam isinya (tema dan amanat) nya. Nilai moral akan terlihat dalam sikap terhadap apa yang akan diungkapkan dalam sebuah ciptasastra cara bagaimana pengungkapannya itu. Nilai konsepsi akan terlihat dalam pandangan pengarang secara keseluruhan terhadap masalah yang diungkapkan di dalam ciptasastra yang diciptakan.
Sebuah ciptasastra bersumber dari kenyataan-kenyataan yang hidup di dalam masyarakat (realitas-objektif). Akan tetapi ciptasastra bukanlah hanya pengungkapan realitas objektif itu saja. Di dalamnya diungkapkan pula nilai-nilai yang lebih tinggi dan lebih agung dari sekedar realitas objektif. Ciptasastra bukanlah semata tiruan daripada alam (imitation of nature) atau tiruan daripada hidup (imitation of life) akan tetapi ia merupakan penafsiran-penafsiran tentang alam dan kehidupan itu (interpretation of life).
Sebuah ciptasatra mengungkapkan tentang masalah-masalah manusia dan kemanusian. Tentang makna hidup dan kehidupan. Ia melukiskan penderitaan-penderitaan manusia, perjuangannya, kasih sayang dan kebencian, nafsu dan segala yang dialami manusia. Dengan ciptasastra pengarang mau menampilkan nilai-nilai yang lebih tinggi dan lebih agung. Mau menafsirkan tentang makna hidup dan hakekat kehidupan.
Dapat saja sebuah ciptasastra menceritakan tentang kehidupan binatang, seperti misalnya karyasastra yang besar ‘Pancatanteran” atau “Hikayat Kalilah dan Daminah”, namun sebetulnya manusia. Jadi sesungguhnya karya tersebut tetap mengungkapkan kehidupan manusia akan tetapi ditulis perlambang-perlambang.
Sebuah ciptasasra yang baik, mengajak orang untuk merenungkan masalah-masalah hidup yang musykil. Mengajak orang untuk berkontemplasi, menyadarkan dan membebaskan dari segala belenggu-belenggu pikiran yang jahat dan keliru. Sebuah ciptasastra mengajak orang untuk mengasihi manusia lain. Bahwa nasib setiap manusia meskipun berbeda-beda namun mempunyai persamaan-persamaan umum, bahwa mereka ditakdirkan untuk hidup, sedang hidup bukanlah sesuatu yang gampang tapi penuh perjuangan dan ancaman-ancaman. Ancaman-ancaman yang datang dari luar maupun yang datang dari dalam (diri sendiri).
Bahwa kemanusiaan itu adalah satu, “ Mankind is one”, dan sama di mana-mana. Inilah yang diungkapkan dan ingin dikatakan kesusastraan. Alangkah besar dan luasnya, bukan?
Jika disimpulkan maka “kesusastraan” adalah merupakan pengungkapan dari fakta artistik dan imajinatif sebagai manifestasi kehidupan manusia (dan masyarakat) melalui bahasa sebagai medium dan punya efek yang positif terhadap kehidupan manusia (kemanusiaan).
Ada dua daya yang harus dimiliki oleh seorang pengarang. Yakni daya kreatif dan daya imajinatif. Daya kreatif adalah daya untuk memciptakan hal-hal yang baru dan asli. Manusia penuh dengan seribu satu kemungkinan tentang dirinya. Maka seorang pengarang berusaha memperlihatkan kemungkinan tersebut, memperlihatkan masalah-masalah manusia yang substil dan bervariasi dalam ciptasatra-ciptasatra yang ia tulis. Sedang daya imajinasi adalah kemampuan membayangkan dan mengkhayalkan serta menggambarkan sesuatu atau peristiwa-peristiwa. Seorang pengarang yang memiliki daya imajinasi yang kaya ialah apabila ia mampu memperlihatkan dan menggambarkan kemungkinan-kemungkinan kehidupan dan masalah-masalah serta pilihan-pilihan dari alternatif yang mungkin dihadapi manusia. Kedua daya itu akan menentukan berhasil tidaknya sebuah ciptasastra.
Proses Penciptaan Kesusastraan
Seorang pengarang berhadapan dengan suatu kenyataan yang ditemukan dalam masyarakat (realitas objektif). Realitas objektif itu dapat berbentuk peristiwa-peristiwa, norma-norma (tata nilai), pandangan hidup dan lain-lain bentuk-bentuk realitas objektif itu. Ia ingin memberontak dan memprotes. Sebelum pemberontakan tersebut dilakukan (ditulis) ia telah memiliki suatu sikap terhadap realitas objektif itu. Setelah ada suatu sikap maka ia mencoba mengangankan suatu “realitas” baru sebagai pengganti realitas objektif yang sekarang ia tolak. Hal inilah yang kemudian ia ungkapkan di dalam ciptasastra yang diciptakannya. Ia mencoba mengutarakan sesuatu terhadap realitas objektif yang dia temukan. Ia ingin berpesan melalui ciptasastranya kepada orang lain tentang suatu yang ia anggap sebagai masalah manusia.
Ia berusaha merubah fakta-fakta yang faktual menjadi fakta-fakta yang imajinatif dan bahkan menjadi fakta-fakta yang artistik. Pesan-pesan justru disampaikan dalam nilai-nilai yang artistik tersebut. Ia tidak semata-mata pesan-pesan moral ataupun khotbah-khotbah tentang baik dan buruk akan tetapi menjadi pesan-pesan yang artistik. Pesan-pesan yang ditawarkan dalam keterpesonaan dan senandung.
Dalam kesusastraan Indonesia masalah itu dengan jelas dapat dilihat. Misalnya kenyataan-kenyataan yang ada sekitar tahun 20-an terutama dalam masyarakat Minangkabau ialah masalah : kawin paksa. Pengarang kita pada waktu itu punya suatu sikap dan tidak puas dengan realitas objektif itu. Sikap itu bersifat subjektif: bahwa ia tidak senang dan memprotes. Akan tetapi sikap itu juga bersifat intersubjektif karena sikap itu dirasakan pula sebagai aspirasi yang umum. Sikap-sikap subjektif dan intersubjektif itulah yang kemudian diungkapkan di dalam ciptasastra-ciptasasra.
Ciptasatra-ciptasastra tiu tidak saja lagi sebagai pernyataan dari sikap akan tetapi juga merupakan pernyataan dari ciri-ciri berhubung dengan realitas objektif tresebut. Diungkapkan dalam suatu transformasi (warna) yang artistik, sesuai dengan ukuran-ukuran (kriteria-kriteria) kesusastraan.
Karena itu sebuah ciptasastra selain merupakan pernyataan hati nurani pengarangnya, ia juga merupakan pengungkapan hati nurani masyarakatnya.
Di dalamnya terdapat sikap, visi (pandangan hidup), cita-cita dan konsepsi dari pengarangnya. Dari masalah kawin paksa misalnya dalam kesusastraan Indoneisa lahirlah ciptasastra-ciptasastra : “Siti Nurbaya” dari Marah Rusli, “Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck” dari Hamka dan “Salah Asuhan” dari Abdul Muis (untuk menyebut beberapa ciptasastra- ciptasastra yang baik).
Sebuah ciptasastra merupakan kritik terhadap kenyataan-kenyataan yang berlaku. Atau seperti yang dikatakan Albert Camus (seorang pengarang dan filsuf Perancis yang pernah mendapat hadiah Nobel) merupakan pemberontakan terhadap realitas. Karyasastra Marah Rusli “Siti Nurbaya” merupakan kritik terhadap tata kehidupan masyarakat Minangkabau sekitar tahun 1920 – 1930. Demikian juga dengan “Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck” ataupun “Salah Asuhan”. “Layar Terkembang” karya Sutan Takdir Alisyahbana merupakan kritik terhadap kehidupan masyarakat Indonesia yang masih statis. Karya Idrus “Surabaya” juga adalah kritik terhadap ekses-ekses dan hal-hal yang negatif dari revolusi fisik. Demikian pula dengan sajak-sajak Khairil Anwar, kumpulan puisi Taufik Ismail ‘Benteng” dan “Tirani” atau juga novel Bambang Sularto “Domba-Domba Revolusi”.
Ciptasastra merupakan sintesa dari adanya tesa dan anti tesa. Tesa disini adalah kenyataan-kenyataan yang dihadapi. Antitesa adalah sikap-sikap yang bersifat subjektif dan intersubjektif. Sedangkan sintesa adalah hasil dari perlawanan antara tesa dengan antitesa itu. Bersifat idealis, imajinatif dan kreatif, berdasarkan cita-cita dan konsepsi pengarang.
Semuanya diungkapkan melalui bahasa sebagai media. Dengan demikian di dalam kesustraan ada beberapa faktor yang menjadi bahan pertimbangan. Yaitu faktor-faktor : Persoalan yang diungkapkan, keindahan pengungkapan dan faktor bahasa atau kata. Dalam kesusastraan Indonesia, yang dimaksudkan adalah pengungkapan persoalan-persoalan dan nilai-nilai tentang hidup (manusia dan kemanusiaan), terutama persoalan-persoalan dan nilai-nilai lain yang berhubungan dengan bangsa Indonesia serta diungkapkan dengan menggunakan Bahasa Indonesia sebagai media.


Bentuk-bentukKesusastraan
Ada beberapa bentuk kesusastraan :
• Puisi
• Cerita Rekaan (fiksi)
• Essay dan Kritik
• Drama
Apakah yang membedakan antara puisi dengan cerita rekaan? Perbedaan itu akan terlihat dalam proses pengungkapannya. Dalam puisi akan dijumpai dua proses yang disebut Proses konsentrasi dan proses intensifikasi. Proses konsentrasi yakni proses pemusatan terhadap suatu focus suasana dan masalah, sedang proses intensifikasi adalah proses m pendalaman terhadap suasana dan masalah tersebut. Unsur-unsur struktur puisi berusaha membantu tercapainya kedua proses itu. Inilah hakekat puisi, yang kurang terlihat dalam proses (cerita rekaan, esei dan kritik serta drama). Pada prosa, suasana yang lain atau masalah-masalah yang lain dapat saja muncul di luar suasana dan masalah pokok yang ingin diungkapkan seorang pengarang dalam ciptasastranya.
Cerita-cerita (fiksi) sering dibedakan atas tiga macam bentuk yakni : Cerita pendek (cerpen), novel, dan roman. Akan tetapi di dalam kesusastraan Amerika umpanya hanya dikenal istilah : cerpen (short story) dan novel. Istilah roman tidak ada. Yang kita maksud dengan “roman” dalam kesusastraan Amerika adalah juga “novel”.
Perbedaan antara ketiga bentuk cerita rekaan itu tidaklah hanya terletak pada panjang pendeknya cerita tersebut. Atau pada jumlah kata-katanya. Ada ukuran lain yang membedakannya. Cerita-pendek(cerpen) merupakan pengungkapan suatu kesan yang hidup dari fragmen kehidupan manusia. Daripada tidak dituntut terjadinya suatu perobahan nasib dari pelaku-pelakunya. Hanya suatu lintasan dari secercah kehidupan manusia, yang terjadi pada suatu kesatuan waktu.
Novel merupakan pengungkapan dari fragmen kehidupan manusia (dalam jangka yang lebih panjang) dimana terjadi konflik-konflik yang akhirnya menyebabkan terjadinya perubahan jalan hidup antara para pelakunya. Beberapa contoh novel dalam kesusastraan Indonesia misalnya adalah “Belenggu” karya Armin Pane, “Kemarau” karya A.A. Navis, “Merahnya Merah” karya Iwan Simatupang.
Dalam “Belenggu” misalnya setelah terjadi konflik-konflik antara dr. Sukartono, Sumartini, Rokhayah, maka akhirnya terjadilah perubahan jalan hidup pada masing-masing pelaku novel tersebut. Begitu juga antara Sutan Duano dalam “kemarau” dengan anaknya setelah terjadi konflik-konflik kemudian diikuti pula dengan perubahan jalan nasib. Demikian pula dalam “Merahnya Merah”. Tokoh kita, Fifi dan Maria mengalami perubahan jalan nasib setelah terjadi konflik-konflik.
Roman merupakan bentuk kesusastraan yang menggambarkan kronik kehidupan yang lebih luas dari kehidupan manusia. Biasanya dilukiskan mulai dari masa kanak-kanak sampai menjadi dewasa, akhirnya meninggal. Sebagai contoh misalnya roman “Siti Nurbaya”, “Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck” ataupun roman “Atheis” karya Akhdiat Kartamiharja.
Istilah roman bersalah dari kesusastraan Perancis. “Roman” adalah bahasa rakyat sehari-hari di negeri Perancis. Kemudian berkembang artinya menjadi cerita-cerita tentang pengalaman-pengalaman kaum ksatria dan cerita-cerita kehidupan yang jenaka, dari pedesaan. Sekarang pengertian roman telah menyangkut tentang kehidupan manusia pada umumnya.
Hakekat dari cerita rekaan ialah bercerita. Ada yang diceritakan dan ada yang menceritakan.
Bentuk ciptasatra yang lain adalah esei dan kritik. Esei adalah suatu karangan yang berisi tanggapan-tanggapan, komentar, pikiran-pikiran tentang suatu persoalan. Setiap esei bersifat subjektif, suatu pengucapan jiwa sendiri. Di dalam esei bila kita lihat pribadi dan pendirian pengarang. Pikiran-pikirannya, sikap-sikapnya, ciata-citanya dan keinginannya terhadap soal yang dibicarakannya. Atau terhadap hidup pada umumnya. Dalam esei tidak diperlukan adanya suatu konklusi (kesimpulan). Esei bersifat sugestif dan lebih banyak memperlihatkan alternatif-alternatif.
Berbeda dengan esei adalah studi. Ia merupakan suatu karangan sebuah ciptasastra. Suatu kritik juga bersifdat subjektif meskipun barangkali menggunakan term-term yang objektif. Kritik merupakan salah satu bentuk esei. Suatu kritik (sastra) yang baik juga harus lebih banyak memperlihatkan alternatif-alternatif daripada memberikan vonis. Beberapa penulis esei yang terkenal dalamf kesusastraan Indonesia adalah Gunawan Mohammad, Arief Budiman, Wiratmo Sukito, Sujatmoko, Buyung Saleh (Tokoh Lekra), Umar Khayam dan lain-lain. Sedang tokoh-tokoh kritikus yang terkenal antara lain adalah : H.B. Yassin, Prof. Dr. A. Teeuw, M.S. Hutagalung, J.U. Nasution, Boen Sri Umaryati, M. Saleh Saad, Umar Yunus dan lain-lain.
Bentuk kesusastraan yang lain adalah drama atau sandiwara (sandi = rahasia, Wara = pelajaran). Artinya pelajaran yang disampaikan secara rahasia. Drama atau sandiwara yang digolongkan ke dalam ciptasastra bukanlah drama atau sandiwara yang dimainkan (dipergelarkan) tetapi adalah cerita, atau naskah, atau reportoar yang akan dimainkan tersebut.
Hakekat drama adalah terjadinya suatu konflik. Baik konflik antara tokoh, ataupun konflik dalam persoalan maupun konflik dalam diri seorang tokoh. Konflik inilah nanti yang akan mendorong dialog dan menggerakkan action.
Dari Rss 2.0

Bab II. 2.2 Hubungan Seni dengan IBD

Hubungan Seni dengan Ilmu Budaya Dasar

Pada hubungan seni dengan ibd, sebenarnya terdapat aspek lain yang turut memperkaya pembicaraan tentang kaitan diantara keduanya, yaitu: kebebasan. Baik kaum nominalis maupun utopis sama-sama mensyaratkan pembicaraan tentang kebebasan. Kaum utopis percaya bahwa seni berkaitan dengan ontologi fiksi dan representasi, dengan demikian maka seni dan karya seni dianggap memiliki kapasitas untuk menunjukkan bahwa dunia dan segala pengalaman hidup itu bisa berlaku sebagai hal yang terjadi sebaliknya, atau: lebih baik. Maka seni dan ekspresi seni dianggap berlaku sebagai unsur yang akan mampu menghidupkan imajinasi setiap orang tentang nilai-nilai moral, dengan demikian seni berlaku membebaskan [beban] seseorang yang tumbuh dari pengalaman hidupnya. Bagi kaum nominalis, cara menghidupkan kebebasan imajinasi seni secara khusus dan khas yang paling mendapatkan perhatian. Imajinasi estetis tak hanya menggerakan kebebasan para seniman menyatakan representasi tentang nilai-nilai moral, tetapi juga menghidupkan kebebasan pihak yang menanggapi nilai-nilai moral melalui karya seni tersebut. Tentu saja, ihwal kebebasan estetis ini berlaku sebagai nilai pengalaman yang khusus, yang memisahkan pengalaman dan praktek hidup yang langsung dengan nilai-nilai pencapaian yang ditempuh melalui seni dan ekspresi seni. Kaum nominalis mendukung pentingnya aspek imajinasi estetik ini sebagai pra-kondisi penting bagi penilaian moral dan sikap otonom yang bersifat politis.
Dalam kurun perkembangan seni hingga masa kini, termasuk juga berlangsung di Indonesia, kedua cara pandang itu telah menjadi warisan sikap yang berlaku saling terpaut. Segi-segi sikap tertentu yang tumbuh dari masing-masing cara pandangan tersebut kini telah berlaku campur, dan tidak seluruhnya terjelaskan secara tegas dan ketat. Berkembangnya persepsi tentang seni dan moral, juga kaitan diantara keduanya, dalam berbagai manifestasi karya seni menunjukkan bahwa kedua merupakan implementasi dari sikap-sikap yang berlaku kultural. Persepsi tentang nilai-nilai seni, moral dan kebebasan berlaku dalam berbagai varian praktek kultural yang berbeda-beda, keseluruhannya bercampur serta mengandung kerangka hidup nilai-nilai yang berlaku secara umum sekaligus juga khusus; universal juga personal; global tapi juga lokal. Namun demikian, setidaknya, pengamatan terhadap sensitivitas ekpresi seni yang menunjukkan persepsi umum yang menyatakan anggapan bahwa seni, sepanjang seseorang menganggapnya penting, akan selalu berlaku pada sisi nilai-nilai kebebasan.
Kebebasan moral dan kebebasan seni merupakan dua pokok yang tak lagi bisa dianggap terpisah secara, sebagaimana halnya kita maklum bahwa bagaimanapun seni susah untuk bisa dipisahkan dari berbagai manifestasi nilai dan praksis hidup. Pandangan kaum nominalis, yang sering disalah artikan sebagai kaum elitis yang memarjinalkan pengalaman hidup, pada dasarnya juga bermaksud memuliakan nilai-nilai pengalaman hidup yang seolah-olah disangkalnya. Kebebasan juga yang menentukan penilaian seseorang tentang nilai-nilai moral, karena pada prakteknya nilai-nilai tersebut hadir serta tumbuh secara jamak dalam berbagai kerangka budaya dan peradaban. Dalam prakteknya, seni merepresentasikan respon seseorang terhadap nilai-nilai. Dalam menjalani kehidupan sehari-hari setiap orang tentu akan memiliki apa yang disebut sebagai ‘alasan bagi tindakan keseharian’ (every day reasoning), menyangkut pengetahuan kita tentang bahasa keseharian serta berbagai makna dari asosiasi verbalnya. Alasan-alasan tersebut tentu bersifat kultural, dikumpulkan serta berlaku sebagai hasil dari pengalaman keseharian aktivitas sosial dan berbagai perhitungan tentangnya. Diantara ‘alasan bagi tindakan keseharian’ tersebut juga berlaku ‘alasan-alasan moral’ (moral reasoning), sebagai praksis yang mendapatkan dasar pembenarannya dari sumber-sumber kepercayaan nilai yang dipahami setiap orang. Pada prakteknya, praksis moral ini berlaku sebagai keputusan yang secara terus-menerus dihadapkan pada pilihan-pilihan. Seni mengajarkan makna kebebasan untuk menyatakan pilihan tersebut.
Dalam perkembangan praktek seni rupa Indonesia sumber-sumber rujukan moral terutama berasal dari kepercayaan-kepercayaan agama dan budaya, melalui berbagai media narasi dan bentuk-bentuk simbolik yang mewakilinya. Seiring kemajuan modernitas Indonesia, muncul dan berkembang berbagai narasi ‘lain’ kemudian jadi rujukan moral, selain narasi yang telah jadi ‘tradisi’. Narasi-narasi ‘lain’ ini tak hanya bersumber pada keyakinan religi dan keyakinan budaya lokal saja, tetapi juga merujuk pada kelangsungan tata nilai yang besifat global―muncul sebagai isu-isu mengenai, misalnya: keseimbangan ekosistem dunia, perdamaian dunia, keadilan sosial, gaya hidup global, mitologi peradaban manusia, dll. Dalam implementasinya, berbagai rujukan tersebut bercampur dan berinteraksi. Dalam manifestasi karya-karya seni, relasi seni dan moral dinyatakan dalam tiga ‘strategi’ atau cara penyampaian, yaitu: (a) pernyataan tentang nilai-nilai keutaman dan kebaikan (goodness) hidup; (b) pernyataan melalui humor; dan (c) pernyataan yang mempertanyakan serta penyampaikan kritik.
Nilai-nilai keutamaan dan kebaikan adalah manifestasi yang berlaku umum di Indonesia menyatakan soal keyakinan hidup seseorang tentang makna kehidupan yang semestinya dijalani setiap orang. Representasi karya-karya dalam cara ini menyampaikan, baik secara langsung maupun tidak langsung, persoalan moral sebagai arah rujukan makna-makna yang bisa digali pada karya-karya yang dikerjakan oleh para seniman. Asumsi yang mendasari pengerjaan karya-karya ini menempatkan alasan atau jawaban moral tertentu sebagai landasasan penggalian makna-makna dari persoalan yang menjadi daya tarik maupun tantangan bagi para seniman untuk dihadapi.
Pernyataan melalui cara humor adalah fenomena yang umum dan berlangsung dalam berbagai bentuk peradaban di dunia. Dalam prakteknya, pernyataan humor ini disampaikan dengan cara yang berbeda-beda, dipengaruhi oleh kebiasaan, tradisi, maupun kode-kode budaya yang berlainan. Namun demikian, akan selalu terdapat ragam benang merah yang kadang mampu menunjukkan persinggungan jenis ‘selera humor’ satu peradaban dengan peradaban yang lainnya. Humor, bagaimanapun, adalah manifestasi dari ‘versi lain’ terhadap versi [penilaian, persepsi tentang kenyataan] yang dianggap umum dan telah dilumrahkan. Humor adalah sebuah ‘sub-versi’. Humor dan lelucon adalah sebentuk ‘penyimpangan’, bahkan bisa berlangsung sebagai manifestasi dari sesuatu di luar aturan: jadi semacam kekuatan ‘dis-order’. Representasi humor sering dikaitkan, dalam maknanya, sebagai bentuk perlawanan. Sesungguhnya, tidak selamanya berlaku semacam itu. Representasi humor justru tidak menunjukkan secara pasti pembelaan pada satu sisi pandangan tertentu (misalnya sebagai hal yang berlawanan dengan versi atau order yang resmi), selain ‘hanya’ menunjukkan kandungan ketidaksepahaman dengan versi resmi. Humor bisa dianggap sebagai representasi ketidak-sepahaman (discord) namun tanpa pernyataan konflik
Karya-karya yang menunjukkan kritik dan pernyataan yang mempertanyakan adalah versi lain dari representasi tentang ketidak-sepahaman. Dalam manifestasi sikap tersebut karya-karya dengan cara ini mengajukan ekspresi seni dalam posisi untuk ‘mempertanyakan’ situasi atau berbagai persepsi tentang realitas yang telah dianggap berlaku umum. Lebih jauh, karya-karya tersebut bahkan menunjukkan sikap tidak percaya. Representasi karya-karya yang menunjukkan sikap percaya dan tidak percaya tentang berbagai kenyataan dan persepsi tentang situasi hidup ini bisa dinyatakan secara langsung (berterus terang) maupun secara tidak langsung (dalam tipuan penyataan).
Ketiga cara untuk menyatakan hubungan seni dan moral ini, tentu saja, tidak bisa dipilah-pilahkan secara tegas dan ketat. Sebaliknya, lebih banyak karya-karya yang mengandung satu aspek cara secara menonjol namun tetap juga memiliki kaitan dengan cara-cara yang lainnya. [*]
Penulis: Kurator, dan staf pengajar di Fakultas Seni Rupa dan Disain, ITB.

Bab II. 2.1 Pengertian Seni

Pada blog saya selanjutnya saya ingin menjelaskan tentang pengertian seni itu apa, silahkan simak penjelasan dari saya, mohon maaf bila ada kata-kata yang kurang berkenan .

PENGERTIAN SENI
Kata “seni” adalah sebuah kata yang semua orang di pastikan mengenalnya, walaupun dengan kadar pemahaman yang berbeda. Konon kabarnya kata seni berasal dari kata “SANI” yang kurang lebih artinya “Jiwa Yang Luhur/ Ketulusan jiwa”. Mungkin saya memaknainya dengan keberangkatan orang/ seniaman saat akan membuat karya seni, namun menurut kajian ilimu di eropa mengatakan “ART” (artivisial) yang artinya kurang lebih adalah barang/ atau karya dari sebuah kegiatan. Namun kita tidaka usah mempersoalkan makna ini, karena kenyataannya kalu kita memperdebatkan makna yang seperti ini akan semakain memperkeruh suasana kesenian, biarlah orang memilih yang mana terserah mereka. Berdasarkan penelitian para ahli menyatakan seni/karya seni sudah ada + sejak 60.000 tahun yang lampau. Bukti ini terdapat pada dinding-dinding gua di Prancis Selatan. Buktinya berupa lukisan yang berupa torehan-torehan pada dinding dengan menggunakan warna yang menggambarkan kehidupan manusia purba. Artefak/bukti ini mengingatkan kita pada lukisan moderen yang penuh ekspresi. Hal ini dapat kita lihat dari kebebaan mengubah bentuk. Satu hal yang membedakan antara karya seni manusia Purba dengan manusia Moderen adalah terletak pada tujuan penciptaannya. Kalau manusia purba membuat karya seni/penanda kebudayaan pada massanya adalah semat-mata hanya untuk kepentingan Sosioreligi, atau manusia purba adalah figure yang masih terkungkung oleh kekuatan-kekuatan di sekitarnya. Sedangkan manusia moderen membuat karya seni/penanda kebudayaan pada massanya digunakan untuk kepuasan pribadinya dan menggambarkan kondisi lingkungannya “mungkin”. Dengan kata lain manusia moderen adalah figure yang ingin menemukan hal-hal yang baru dan mempunyai cakrawala berfikir yang lebih luas. Semua bentuk kesenian paa jaman dahulu selalu ditandai dengan kesadaran magis; karena memang demikian awal kebudayaan manusia. Dari kehidupan yang sederhana yang memuja alam sampai pada kesadaran terhadap keberadaan alam
Pada awalnya seni diciptakan untuk kepentingan bersama/milik bersama.karya- karya seni yang ditinggalkan pada masa pra-sejarah digua-gua tidak pernah menunjukan identitas pembuatnya. Demikian pula peninggalan-peninggalan dari masa lalu seperti bangunan atau artefak di mesir kuno, Byzantium, Romawi, India, atau bahkan di Indonesia sendiri. Kalupun toh ada penjelasan tertentu pada artefak tersebut hanya penjelasan yang menyatakan benda/bangunan tersebut di buat untuk siapa”. Ini pun hanya ada pada setelah jaman, katanya para ahli arkiologi sich saya sendiri tidak tahu pasti. Kita bisa menyimpulkan kesenian pada jaman sebelum moderen kesenian tidak beraspek individulistis.
Sejak kapan fungsi individulistis dari seni mulai tampak ?, katanya para sejarawan lagi, beliau-beliau mengatakan sejak seni memasuki jaman moderen. Kenapa ini bisa terjadi ? (ini kata saya sedikit mengutip kata-kata para ahli yang terdahulu). Karena mengikuti pola berfikir manusia yang maunya mencari kebaruan dan membuat perubahan (entah baik atau buruk).
Begini ceritanya :
Dalam sejarah seni terjadi banyak pergeseran. Sejak renaisans atau bahkan sebelumnya , basis-basis ritual dan kultis dari karya seni mulai terancam akibat sekularisasi masyarakat. Situasi keterancaman itu mendorong seni akhirnya mulai mencari otonomi dan mulai bangkit pemujaan sekular atas keindahan itu sendiri. Dengan kata lain fungsi seni menjadi media ekspresi, dan setiap kegiatan bersenian adalah berupa kegiatan ekspresi kreatif, dan setiap karya seni merupakan bentuk yang baru, yang unik dan orisinil. Karena sifatnya yang bebas dan orisinal akhirnya posisi karya seni menjadi individualistis.
Seni pada perkembangannya di jaman moderen mengalami perubahan atau pembagian yakni seni murni atau seni terapan/ seni dan desain yang lebih jauh lagi seni dan desain oleh seorang tokoh pemikir kesenian yang oleh orang tuanya di beri nama Theodor Adorno di beri nama “Seni Tinggi” untuk Seni Murni dan “Seni Rendah” untuk Seni Terapan atau Desain. Karena menurutnya dalam seni tinggi seorang seniman tidak dipengaruhi oleh faktor-faktor eksternal (kebutuhan pasar/bertujuan komersial) dalam menciptakan sebuah karya seni/murni ekspresi, sedangkan seni rupa rendah adalah seni yang dalam penciptaannya dipengaruhi oleh faktor-faktor eksternal. Adorno menganggap seni harus berbeda harus berbeda dengan benda lain (barang); ia harus mempunyai “sesuatu”. Sesuatu itu tidak sekedar menjadi sebuah komoditas. Karena sebuah karya atau benda yang sebagai komoditas akan menghancurkan semangat sosial, pola produksi barang yang menjadi komoditas adalah pola yang ditentukan dari atas oleh seorang produsen.
Terakhir kita menuju pada jaman Post-moderen/Kontemporer. Di jaman Kontemporer ini bentuk kesenian lebih banyak perubahannya baik secara kebendaan atau kajian estetiknya, yang lebih dahsyat lagi landasan logikanya. Mungkin disini saya akan memberi sedikit ilustrasi :
Di era Kontemporer ini aturan-aturan yang telah ada seolah-olah dihancurkan, yang dulunya karya seni itu harus menyenangkan, sekarang malah bisa sebaliknya. Yang dulunya karya seni itu setidaknya masih mempertimabangkan etika sosial, etika agama atau etika-etika yang lain, namun sekarang mungkin kesemuanya itu bisa jadi hanya sebagai aturan usang.
Radikal,.ya..???. itu hanya kelihatannya ????.
Kondisi ini terjadi karena seniman sudah pada titik jenuh dan marah “mungkin”. Marah atau jenuh pada siapa :
1. Pada lingkungannya atau pada sesutau yang telah ada
2. Atau para seniman marah dan muak pada perlakuan pasar kapitalismeyang menurutnya terlalu radikal terhadap karya seni. Yang sedikit-sedikit karya seni itu dinilai dengan nominal. Padahal karya seni itu sebelum dinilai adalah “nol”. Selebihnya adalah makna, ide, representasi, rekreasi, acuan etik, dokumentasi “politik” dan “sejarah”, perlawanan, luka, kekecawaan, paradigma, atau sekedar main-main belaka, dll (ini katanya Adi Wicaksono yang sepertinya seorang kritikus seni yang dari Jogya itu..Lho..!!!!).
3. Atau para seniman marah pada kritikus yang dalam kritiknya memberikan pemaknaan yang terlalu sembrono sehingga esensi pesan dari karyanya menjadi tidak-karuan.
Setelah mengerti artinya, para ahli pun ikut berbicara atau ikut mnegartikan tentang seni

Pendapat seni menurut para ahli:
1. Menurut Alexander Baum Garton Seni adalah keindahan dan seni adalah tujuan yang positif menjadikan penikmat merasa dalam kebahagiaan.
2. Emanuel Kant Seni adalah sebuah impian karena rumus rumus tidak dapat mengihtiarkan kenyataan.
3. Menurut Leo Tolstoy Seni adalah menimbulkan kembali perasaan yang pernah dialami.
4. Menurut Aristoteles Seni adalah bentuk pengungkapannya dan penampilannya tidak pernah menyimpang dari kenyataan dan seni itu adalah meniru alam.
5. Ki Hajar Dewantara Seni merupakan hasil keindahan sehingga dapat menggerakkan persasaan indah orang yang melihatnya, oleh karena itu perbuatan manusia yang dapat mempengaruhi dapat menimbulkan perasaan indah itu seni.

SUMBER :
Pelukis Batam

Sabtu, 16 April 2011

Bab 1 1.2 Hubungan Kesustraan dengan Prosa Lama

Karya Sastra dan Periodisasinya atau dengan prosa lama

A. Karya Sastra Bentuk Prosa
Karangan prosa ialah karangan yang bersifat menerangjelaskan secara terurai mengenai suatu masalah atau hal atau peristiwa dan lain-lain. Pada dasarnya karya bentuk prosa ada dua macam, yakni karya sastra yang bersifat sastra dan karya sastra yang bersifat bukan sastra. Yang bersifat sastra merupakan karya sastra yang kreatif imajinatif, sedangkan karya sastra yang bukan astra ialah karya sastra yang nonimajinatif.
Macam Karya Sastra Bentuk Prosa
Dalam khasanah sastra Indonesia dikenal dua macam kelompok karya sastra menurut temanya, yakni karya sastra lama dan karya sastra baru. Hal itu juga berlaku bagi karya sastra bentuk prosa. Jadi, ada karya sastra prosa lama dan karya sastra prosa baru.
Perbedaan prosa lama dan prosa baru menurut Dr. J. S. Badudu adalah:
Prosa lama:
1. Cenderung bersifat stastis, sesuai dengan keadaan masyarakat lama yang mengalami perubahan secara lambat.
2. Istanasentris ( ceritanya sekitar kerajaan, istana, keluarga raja, bersifat
feodal).
3. Hampir seluruhnya berbentuk hikayat, tambo atau dongeng. Pembaca
dibawa ke dalam khayal dan fantasi.
4. Dipengaruhi oleh kesusastraan Hindu dan Arab.
5. Ceritanya sering bersifat anonim (tanpa nama)
6. Milik bersama
Prosa Baru:
1. Prosa baru bersifat dinamis (senantiasa berubah sesuai dengan perkembangan masyarakat)
2. Masyarakatnya sentris ( cerita mengambil bahan dari kehidupan masyarakat sehari-hari)
3. Bentuknya roman, cerpen, novel, kisah, drama. Berjejak di dunia yang nyata, berdasarkan kebenaran dan kenyataan
4. Terutama dipengaruhi oleh kesusastraan Barat
5. Dipengaruhi siapa pengarangnya karena dinyatakan dengan jelas
6. Tertulis

1. Prosa lama
Prosa lama adalah karya sastra daerah yang belum mendapat pengaruh dari sastra atau kebudayaan barat. Dalam hubungannya dengan kesusastraan Indonesia maka objek pembicaraan sastra lama ialah sastra prosa daerah Melayu yang mendapat pengaruh barat. Hal ini disebabkan oleh hubungannya yang sangat erat dengan sastra Indonesia. Karya sastra prosa lama yang mula-mula timbul disampaikan secara lisan. Disebabkan karena belum dikenalnya bentuk tulisan. Dikenal bentuk tulisan setelah agama dan kebudayaan Islam masuk ke Indonesia, masyarakat Melayu mengenal tulisan. Sejak itulah sastra tulisan mulai dikenal dan sejak itu pulalah babak-babak sastra pertama dalam rentetan sejarah sastra Indonesia mulai ada.
Bentuk-bentuk sastra prosa lama adalah:
a. Mite adalah dongeng yang banyak mengandung unsur-unsur ajaib dan ditokohi oleh dewa, roh halus, atau peri. Contoh Nyi Roro Kidul
b. Legenda adalah dongeng yang dihubungkan dengan terjadinya suatu tempat. Contoh: Sangkuriang, SI Malin Kundang
c. Fabel adalah dongeng yang pelaku utamanya adalah binatang. Contoh: Kancil
d. Hikayat adalah suatu bentuk prosa lama yang ceritanya berisi kehidupan raja-raja dan sekitarnya serta kehidupan para dewa. Contoh: Hikayat Hang Tuah.
e. Dongeng adalah suatu cerita yang bersifat khayal. Contoh: Cerita Pak Belalang.
f. Cerita berbingkai adalah cerita yang di dalamnya terdapat cerita lagi yang dituturkan oleh pelaku-pelakunya. Contoh: Seribu Satu Malam

1.Prosa Baru
Prosa baru adalah karangan prosa yang timbul setelah mendapat pengaruh sastra atau budaya Barat. Prosa baru timbul sejak pengaruh Pers masuk ke Indonesia yakni sekitar permulaan abad ke-20. Contoh: Nyai Dasima karangan G. Fransis, Siti mariah karangan H. Moekti.
Berdasarkan isi atau sifatnya prosa baru dapat digolongkan menjadi:
1. Roman adalah cerita yang mengisahkan pelaku utama dari kecil sampai mati, mengungkap adat/aspek kehidupan suatu masyarakat secara mendetail/menyeluruh, alur bercabang-cabang, banyak digresi (pelanturan). Roman terbentuk dari pengembangan atas seluruh segi kehidupan pelaku dalam cerita tersebut. Contoh: karangan Sutan Takdir Alisjahbana: Kalah dan Manang, Grota Azzura, Layar Terkembang, dan Dian yang Tak Kunjung Padam
2. Riwayat adalah suatu karangan prosa yang berisi pengalaman-pengalaman hidup pengarang sendiri (otobiografi) atau bisa juga pengalaman hidup orang sejak kecil hingga dewasa atau bahkan sampai meninggal dunia. Contoh:Soeharto Anak Desa atau Prof. Dr. B.I Habibieatau Ki hajar Dewantara.
3. Otobiografi adalah karya yang berisi daftar riwayat diri sendiri.
4. Antologi adalah buku yang berisi kumpulan karya terplih beberapa orang. Contoh Laut Biru Langit Biru karya Ayip Rosyidi
5. Kisah adalah riwayat perjalanan seseorang yang berarti cerita rentetan kejadian kemudian mendapat perluasan makna sehingga dapat juga berarti cerita. Contoh: Melawat ke Jabar –Adinegoro, Catatan di Sumatera – M. Rajab.
6. Cerpen adalah suatu karangan prosa yang berisi sebuah peristiwa kehidupan manusia, pelaku, tokoh dalam cerita tersebut. Contoh: Tamasya dengan Perahu Bugis karangan Usman. Corat-coret di Bawah Tanah karangan Idrus.
7. Novel adalah suatu karangan prosa yang bersifat cerita yang menceritakan suatu kejadian yang luar biasa dan kehidupan orang-orang. Contoh: Roromendut karangan YB. Mangunwijaya.
8. Kritik adalah karya yang menguraikan pertimbangan baik-buruk suatu hasil karya dengan memberi alasan-alasan tentang isi dan bentuk dengan kriteria tertentu yangs ifatnya objektif dan menghakimi.
9. Resensi adalah pembicaraan/pertimbangan/ulasan suatu karya (buku, film, drama, dll.). Isinya bersifat memaparkan agar pembaca mengetahui karya tersebut dari ebrbagai aspek seperti tema, alur, perwatakan, dialog, dll, sering juga disertai dengan penilaian dan saran tentang perlu tidaknya karya tersebut dibaca atau dinikmati.
10. Esei adalah ulasan/kupasan suatu masalah secara sepintas lalu berdasarkan pandangan pribadi penulisnya. Isinya bisa berupa hikmah hidup, tanggapan, renungan, ataupun komentar tentang budaya, seni, fenomena sosial, politik, pementasan drama, film, dll. menurut selera pribadi penulis sehingga bersifat sangat subjektif atau sangat pribadi.

B. Puisi
Puisi adalah bentuk karangan yang terkikat oleh rima, ritma, ataupun jumlah baris serta ditandai oleh bahasa yang padat. Unsur-unsur intrinsik puisi adalah
a. tema adalah tentang apa puisi itu berbicara
b. amanat adalah apa yang dinasihatkan kepada pembaca
c. rima adalah persamaan-persamaan bunyi
d. ritma adalah perhentian-perhentian/tekanan-tekanan yang teratur
e. metrum/irama adalah turun naik lagu secara beraturan yang dibentuk oleh persamaan jumlah kata/suku tiap baris
f. majas/gaya bahasa adalah permainan bahasa untuk efek estetis maupun maksimalisasi ekspresi
g. kesan adalah perasaan yang diungkapkan lewat puisi (sedih, haru, mencekam, berapi-api, dll.)
h. diksi adalah pilihan kata/ungkapan
i. tipografi adalah perwajahan/bentuk puisi
Menurut zamannya, puisi dibedakan atas puisi lama dan puisi baru.

a. puisi lama
Ciri puisi lama:
1. merupakan puisi rakyat yang tak dikenal nama pengarangnya
2. disampaikan lewat mulut ke mulut, jadi merupakan sastra lisan
3. sangat terikat oleh aturan-aturan seperti jumlah baris tiap bait, jumlah suku kata maupun rima
Yang termausk puisi lama adalah
1. mantra adalah ucapan-ucapan yangd ianggap memiliki kekuatan gaib
2. pantun adalah puisi yang bercirikan bersajak a-b-a-b, tiap bait 4 baris, tiap baris terdiri dari 8-12 suku kata, 2 baris awal sebagai sampiran, 2 baris berikutnya sebagai isi. Pembagian pantun menurut isinya terdiri dari pantun anak, muda-mudi, agama/nasihat, teka-teki, jenaka
3. karmina adalah pantun kilat seperti pantun tetapi pendek
4. seloka adlah pantun berkait
5. gurindam adalah puisi yang berdirikan tiap bait 2 baris, bersajak a-a-a-a, berisi nasihat
6. syair adalah puisi yang bersumber dari Arab dengan ciri tiap bait 4 baris, bersajak a-a-a-a, berisi nasihat atau cerita
7. talibun adalah pantun genap yang tiap bait terdiri dari 6, 8, ataupun 10 baris
b. puisi baru
Puisi baru bentuknya lebih bebas daripada puisi lama baik dalam segi jumlah baris, suku kata, maupun rima.Menurut isinya, puisi dibedakan atas
1. balada adalah puisi berisi kisah/cerita
2. himne adAlah puisi pujaan untuk Tuhan, tanah air, atau pahlawan
3. ode adalah puisi sanjungan untuk orang yang ebrjasa
4. epigram adalah puisi yang berisi tuntunan/ajaran hidup
5. romance adalah puisi yang berisi luapan perasaan cinta kasih
6. elegi adalah puisi yang berisi ratap tangis/kesedihan
7. satire adalah puisi yang berisi sindiran/kritik

Membaca Puisi
Adapun faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam membaca puisi antara lain:
1. jenis acara: pertunjukkan, pembuka acara resmi, performance-art, dll.,
2. pencarian jenis puisi yang cocok dengan tema: perenungan, perjuangan, pemberontakan, perdamaian, ketuhanan, percintaan, kasih sayang, dendam, keadilan, kemanusiaan, dll.,
3. pemahaman puisi yang utuh,
4. pemilihan bentuk dan gaya baca puisi, meliputi poetry reading, deklamasi, dan teaterikal
5. tempat acara: indoor atau outdoor,
6. audien,
7. kualitas komunikasi,
8. totalitas performansi: penghayatan, ekspresi( gerak dan mimik)
9. kualitas vokal, meliputi volume suara, irama (tekanan dinamik, tekanan nada, tekanan tempo)
10. kesesuaian gerak,
11. jika menggunakan bentuk dan gaya teaterikal, maka harus memperhatikan:
a) pemilihan kostum yang tepat,
b) penggunaan properti yang efektif dan efisien,
c) setting yang sesuai dan mendukung tema puisi,
d) musik yang sebagai musik pengiring puisi atau sebagai musikalisasi puisi
C. Drama/Film
Drama atau film merupakan karya yang terdiri atas aspek sastra dan asepk pementasan. Aspek sastra drama berupa naskah drama, dan aspek sastra film berupa skenario. Unsur instrinsik keduanya terdiri dari tema, amanat/pesan, plot/alur, perwatakan/karakterisasi, konflik, dialog, tata artistik (make up, lighting, busana, properti, tata panggung, aktor, sutradara, busana, tata suara, penonton), casting (penentuan peran), dan akting (peragaan gerak para pemain).
D. Periodisasi Sastra Indonesia
Periodisasi sastra adalah pembabakan waktu terhadap perkembangan sastra yang ditandai dengan ciri-ciri tertentu. Maksudnya tiap babak waktu (periode) memiliki ciri tertentu yang berbeda dengan periode yang lain.
1. Zaman Sastra Melayu Lama
Zaman ini melahirkan karya sastra berupa mantra, syair, pantun, hikayat, dongeng, dan bentuk yang lain.
2. Zaman Peralihan
Zaman ini dikenal tokoh Abdullah bin Abdulkadir Munsyi. Karyanya dianggap bercorak baru karena tidak lagi berisi tentang istana danraja-raja, tetapi tentang kehidupan manusia dan masyarakat yang nyata, misalnya Hikayat Abdullah (otobiografi), Syair Perihal Singapura Dimakan Api, Kisah Pelayaran Abdullah ke Negeri Jedah. Pembaharuan yang ia lakukan tidak hanya dalam segi isi, tetapi juga bahasa. Ia tidak lagi menggunakan bahasa Melayu yang kearab-araban.
3. Zaman Sastra Indonesia
a. Angkatan Balai Pustaka (Angkatan 20-an)
Ciri umum angkatan ini adalah tema berkisari tentang konflik adat antara kaum tua dengan kaum muda, kasih tak sampai, dan kawin paksa, bahan ceritanya dari Minangkabau, bahasa yang dipakai adalah bahasa Melayu, bercorak aliran romantik sentimental.
Tokohnya adalah Marah Rusli (roman Siti Nurbaya), Merari Siregar (roman Azab dan Sengsara), Nur Sutan Iskandar (novel Apa dayaku Karena Aku Seorang Perempuan), Hamka (roman Di Bawah Lindungan Ka’bah), Tulis Sutan Sati (novel Sengsara Membawa Nikmat), Hamidah (novel Kehilangan Mestika), Abdul Muis (roman Salah Asuhan), M Kasim (kumpulan cerpen Teman Duduk)
b. Angkatan Pujangga Baru (Angkatan 30-an)
Cirinya adalah 1) bahasa yang dipakai adalah bahasa Indonesia modern, 2) temanya tidak hanya tentang adat atau kawin paksa, tetapi mencakup masalah yang kompleks, seperti emansipasi wanita, kehidupan kaum intelek, dan sebagainya, 3) bentuk puisinya adalah puisi bebas, mementingkan keindahan bahasa, dan mulai digemari bentuk baru yang disebut soneta, yaitu puisi dari Italia yang terdiri dari 14 baris, 4) pengaruh barat terasa sekali, terutama dari Angkatan ’80 Belanda, 5)aliran yang dianut adalah romantik idealisme, dan 6) setting yang menonjol adalah masyarakat penjajahan.
Tokohnya adalah STA Syhabana (novel Layar Terkembang, roman Dian Tak Kunjung Padam), Amir Hamzah (kumpulan puisi Nyanyi Sunyi, Buah Rindu, Setanggi Timur), Armin Pane (novel Belenggu), Sanusi Pane (drama Manusia Baru), M. Yamin (drama Ken Arok dan Ken Dedes), Rustam Efendi (drama Bebasari), Y.E. Tatengkeng (kumpulan puisi Rindu Dendam), Hamka (roman Tenggelamnya Kapa nVan Der Wijck).
c. Angkatan ’45
Ciri umumnya adalah bentuk prosa maupun puisinya lebih bebas, prosanya bercorak realisme, puisinya bercorak ekspresionisme, tema dan setting yang menonjol adalah revolusi, lebih mementingkan isi daripada keindahan bahasa, dan jarang menghasilkan roman seperti angkatan sebelumnya.
Tokohnya Chairil Anwar (kumpulan puisi Deru Capur Debu, kumpulan puisi bersama Rivai Apin dan Asrul Sani Tiga Menguak Takdir), Achdiat Kartamiharja (novel Atheis), Idrus (novel Surabaya, Aki), Mochtar Lubis (kumpulan drama Sedih dan Gembira), Pramduya Ananta Toer (novel Keluarga Gerilya), Utuy Tatang Sontani (novel sejarah Tambera)
d. Angkatan ’66
Ciri umumnya adalah tema yang menonjol adalah protes sosial dan politik, menggunakan kalimat-kalimat panjang mendekati bentuk prosa.
Tokohnya adalah W.S. Rendra (kumpulan puisi Blues untuk Bnie, kumpulan puisi Ballada Orang-Orang Tercinta), Taufiq Ismail (kumpulan puisi Tirani, kumpulan puisi Benteng), N.H. Dini (novel Pada Sebuah Kapal), A.A. Navis (novel Kemarau), Toha Mohtar (novel Pulang), Mangunwijaya (novel Burung-burung Manyar), Iwan Simatupang (novel Ziarah), Mochtar Lubis (novel Harimau-Harimau), Mariannge Katoppo (novel Raumannen).
E. Identifikasi Moral, Estetika, Sosial, Budaya Karya Sastra
1. Identifikasi Moral
Sebuah karya umumnya membawa pesan moral. Pesan moral dapat disampaikan oleh pengarang secara langsung maupun tidak langsung. Dalam karya satra, pesan moral dapat diketahui dari perilaku tokoh- tokohnya atau komentar langsung pengarangnya lewat karya itu.
2. Identifikasi Estetika atau Nilai Keindahan
Sebuah karya sastra mempunyai aspek-aspek keindahan yang melekat pada karya sastra itu. Sebuah puisi, misalnya: dapat diamati aspek persamaan bunyi, pilihan kata, dan lain-lain. Dalam cerpen dapat diamati pilihan gaya bahasanya.
3. Identifikasi Sosial Budaya
Suatu karya sastra akan mencerminkan aspek sosial budaya suatu daerah tertentu. Hal ini berkaitan dengan warna daerah. Sebuah novel misalnya, warna daerah memiliki corak tersendiri yang membedakannya dengan yang lain. Beberapa karya sastra yang mengungkapkan aspek sosial budaya:
a. Pembayaran karya Sunansari Ecip mengungkapkan kehidupan di Sulawesi Selatan.
b. Bako Karya Darman Moenir mengungkapkan kehidupan Suku Minangkabau di Sumatera Barat.

sumber: http://endonesa.wordpress.com/lentera-sastra/karya-sastra-dan- periodenya/

saran : janganlah engkau lupa dengan sastra-sastra yang ada di indonesia, sebab jika engkau lupa sastra yang dimiliki oleh bangsa dan negara kita akan di ambil oleh bangsa lain.
kritik : para pemuuda janganlah kau sekali-kali lupa dengan kesustraan bangsa dan negara kita sendiri
BAB III
3.1

Pengertian kebudayaan

Kebudayaan, kesenian, hukum, adat istihadat dan setiap kemampuan lain dan kebiasaan yang dimiliki oleh manusia sebagai anggota suatu masyarakat. Misalnya: dari alat-alat yang paling sederhana seperti asesoris perhiasan tangan, leher dan telinga, alat rumah tangga, pakaian, system computer, non materil adalah unsur-unsur yang dimaksudkan dalam konsep norma-norma, nilai-nilai, kepercayaan / keyakinan serta bahasa.
Para kebudayaan sering mengartikan norma sebagai tingkah laku rata-rata, tingkah laku khusus atau yang selalu dilakukan berulang – ulang. Kehidupan manusia sellau ditandai oleh norma sebagai aturan sosial untuk mematok perilaku manusia yang berkaitan dengan kebaikan bertingkah lak, tingkah laku rata-rata atau tingkah laku yang diabstaksikan. Oleh karena itu dalam setiap kebudayaan dikenal norma-norma yang ideal dan norma-norma yang kurang ideal atau norma rata-rata. Norma ideal sangat penting untuk menjelaskan dan memahami tingkah laku tertentu manusia, dan ide tentang norma-norma tersebut sangat mempengaruhi sebagian besar perilaku sosial termasuk perlaku komunikasi manusia.
Nilai adalah konsep-konsep abstrak yang dimiliki oleh setiap individu tentang apa yang dianggap baik atau buruk, benar atau salah, patut atau tidak patut.
Unsur penting kebudayaan berikutnya adalah kepercayaan / keyakinan yang merupakan konsep manusia tentang segala sesuatu di sekelilingnya. Jadi kepercayaan / keyakinan itu menyangkut gagasan manusa tentang individu, orang lain, serta semua aspek yang berkaitan dengan biologi, fisik, sosial, dan dunia supernatural. Unsure penting kebudayaan adalah bahasa, yakni system kodifikasi kode dan symbol baik verbal maupun non verbal, demi keperluan komunikasi manusia.
Definisi kebudayaan di atas seolah bergerak dari suatu kontinum nilai kepercayaan kepada perasaan dan perilaku tertentu. Perilaku tertentu. Perilaku tersebut merupakan model perilaku yang diakui dan diterima oleh pendukung kebudayaan sehingga perilaku itu mewakili norma-norma budaya.

a. Kebudayaan dalam Pandangan Sosiologi
Bagaimana para sosiolog mendefinisikan kebudayaan Sosiologi sebagai ilmu yang mempelajari interaksi sosial antar manusia dalam masyaralat mendefinisikan kebudayaan sebagai berikut :
1. Keseluruhan (total) atau pengorganisasian way of life termasuk nilai-nilai, norma-norma, institusi, dan artifak yang dialihkan dari satu generasi kepada generasi berikutnya melalui proses belajar (Dictionary of Modern Sociology).
2. Francis Merill mengatakan bahwa kebudayaan adalah :
• Pola-pola perilaku yang dihasilkan oleh interaksi sosial
• Semua perilaku dan semua produk yang dihasilkan oleh seseorang sebagai anggota suatu masyarakat yang di temukan melalui interaksi simbolis.
3. Bounded et.al (1989), kebudayaan. adalah sesuatu yang terbentuk oleh Pengembangan dah transmisi dari kepercayaan manusia melalui simbol-simbol tertentu, misalnya symbol bahasa sebagai rangkaian simbol. yang digunakan untuk mengalihkan keyakinan budaya di antara para anggota suatu masyarakat. Pesan-pesan tentang kebudayaan yang diharapkan dapat ditemukan di dalam media, pernerintahan, institusi agama, sistem pendidikan dan semacam itu.
4. Mitchell (ed) dalam Dictionary of Soriblogy mengemukakan, kebudayaan adalah sebagian dari perulangan keseluruhan tindakan atau aktivitas manusia (dan produk yang dihasilkan manusia) yang telah memasyarakat secara sosial dan bukan sekedar dialihkan secara genetikal.

b. Kebudayaan Dalam Pandangan Antropologi
Bagaimana seorang antropolog mendefinisikan kebudayaan?
1. Berdasarkan. Eri cyclopedia of Sociology, kebudayaan menurut Para antropolog diperkenalkan Pada abad 19. Gagasan ini Pertama. kali muncul di zaman renaisans untuk menggarnbarkan adat istiadat, kepercayaan, bentuk-bentuk sosial, dan bahasa-bahasa Eropa. di masa. silam yang berbeda dengan masa kini. Periode kedua dari kebudayaan terjadi tatkala konsep ini mulai mendapat pengakuan bahwa kini manusia itu berbeda-beda berdasarkan wilayah diatas muka bumi, variasi itu diperkuat oleh bahasa yang mereka gunakan, ritual yang mereka praktekan serta berdasarkan jenis-jenis masyarakat di mana mereka tinggal.
2. Malinowski mengatakart bahwa kebudayaan merupakan kesatuan dari dua aspek fundamental, kesatuan pengorganisasian yaitu tubuh artifak dan sistem adat istiadat.
3. Kebudayaan adalah perilaku yang dipelajari, seorang tidak dapat dilahirkan dengan tanpa kebudayaan, kebudayaan itu bersifat universal, setiap manusia memiliki kebudayaan yang dia peroleh melalui usaha sekurang-kurangnya melalui belajar secara biologis.

Kebudayaan merupakan “jumlah” dari seluruh sikap, adapt istiadat, dan kepercayaan yang membedakan sekelompok orang dengan kelompok lain, kebudayaan ditransmisikan melalui bahasa, objek material, ritual, institusi (milsanya sekolah), dan kesenian, dari suatu generasi kepada generasi berikutnya. (Dictionary of Cultural Literacy).

Beberapa Konsep Yang Berkaitan Dengan Kebudayaan
Untuk memahami kebudayaan secara keselurahan maka ada baiknya saya mengemukakan beberapa konsep yang berkaitan dengan kebudayaan, beberapa diantaranya selalu digunakan secara bergantian dalam membahas komunikasi antar budaya.
• Budaya Dominan
• Common culture
• Sub kultur
• Cultural lag
• Culture shock
• Kebudayaan tradisional
• Multikultural

APA ITU EFEKTIVITAS KOMUNIKASI ANTARBUDAYA

Yakni menciptakan komunikasi yang efektif melalui pemaknaan yang sama atas pesan yang dipertukarkan.
Secara umum, sebenarnya tujuan komunikasi antar budaya antara lain untuk menyatakan identitas sosial dan menjebatani perbedaan antar budaya melalui perolehan infomasi baru, pengalaman atas kekeliruan dalam komunikasi antar budaya sering membuat manusia makin berusaha mengubah kebiasaan berkomunikasi, paling tidak melalui pemahaman terhadap latar belakang budaya orang lain. Menurut Wiliam Howell (1982), setiap individu mempunyai tingkatan kesadaran dan kemampuan yang berbeda-beda dalam berkomunikasi antar budaya. Tingkat kesadaran dan kemampuan itu terdiri atas empat kemungkinan, yaitu :
1. Seseorang sadar bahwa dia tidakmampu memahami budaya orang lain.
2. Dia sadar bahwa dia mampu memahami budaya orang lain.
3. Dia tidak sadar bahwa dia mampu memahami budaya orang lain.
4. Dia tidak sadar bahwa dia tidak mampu menghadapi perbedaan antarbudaya, keadaan ini terjadi manakala seseorang sama sekali tidak menyadari bahwa sebenarnya dia tidak mampu menghadapi perilaku budaya orang lain.

Para ahli komunikasi antarbudaya mengemukakan berbagai konsep tentang effektivitas komunikasi antarbudaya, milsanya :
1. Komunikasi antarbudaya akan efektif kalau setiap orang yang terlibat dalam proses komunikasi mampu meletakkan dan memfugnsikan komunikasi di dalam suatu konteks kebudayaan tertentu.
2. Efektivitas komunikasi antarbudaya sangat ditentukan oleh sejauhman manusia meminimalkan kesalahpahaman atas pesan-pesan yang dipertukarkan oleh komunikator dan komunikan antarbudaya.
3. Salah satu studi yang pernah dilakukan Hammer (1987) menetapkan tiga tema sentral efektivitas komunikasi,

Berdasarkan konsep tersebut diatas maka uraian ini membahas suatu pendekatan umum yang menerangkan sejauh mana pengaruh factor-faktor pribadi atau gaya komunikasi individu mampu memberikan konstribusi atau bahkan memprediksi efektivitas komunikasi antarbudaya.

AKSIOMA EFEKTIVITAS KOMUNKASI ANTARBUDAYA
Dikatakan sebagai aksioma Karena konsep yang hendak dipahami itu selalu ada dalam perikehidupan manusia.

EFEKTIVITAS HUBUNGAN DAN KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA
Yang lebih penting adalah motivasi antarpirbadi yang ada di balik hubungan sosial itu sehingga mampu memberikan atribusi bagi pengembangan hubungan social dan kepuasaan hubungan antarpribadi.
Efektivitas komunikasi antarbudaya didahului oleh hubungan antarbudaya. Hubungan antarbudaya bukan terjadi sekilas tetapi terus menerus sehingga kualitas berubah dan mengalami kemajuan kearah kualitas hubungan yang baik dan semakin baik.

EFEKTIVITAS KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DAN IKLIM KOMUNIKASI YANG POSITIF
Iklim komunikasi yang positif akan mendukung fungsi komunikasi sedangkan iklim komunikasi yang negative akan menghambat fungsi komunikasi. Iklum komunikasi yang positif maupun negarif itu ditentukan oleh tiga factor yang positif maupun negative itu ditentukan oleh tiga factor berikut ini :
1. Faktor derajat kognitif
2. Perasaan positif, dan
3. Tindakan yang menunjukan kemampuan.

FAKTOR DERAJAT KOGNITIF
Komunikasi antarbudaya mengharuskan setiap pelakunya berusaha mendapatkan, mempertahankan dan mengembangkan aspek-aspek kognitif bersama.
Indentitas pribadi
Indentitas pribadi itu berasal dari pengalaman pribadi saya yang unik, sedangkan identitas social merupakan cirri khas kelompok budaya yang saya peroleh dari pengalaman bergaul dengan kelompok budaya saya.

Tindakan yang Menunjukkan Kemampuan
Dimensi terakhir dari iklim komunikasi yang positif adalah tindakan untuk menunjukkan kemampuan yang kita sebut tingkat perilaku.

Identitas Variabel Komunikasi Antarbudaya
Tiga komponen penting bagi pecinta kompetensi komunikator, yakni motivasi berkomunikasi antarbudaya, pengetahuan, yakni motivasi berkomunikasi antarbudaya, pengetahuan dan keterampilan berkomunikasi antarbuday.
Pesan kita bicara tentang pesan dalam komunikasi antar budaya yaitu pesan yang berisi maksud, pikiran, dan gagasan seorang komunikator. Pesan-pesan itu biasa berbentk verbal dan non verbal yang dapat dipahami bersama.
Media kita berbicara mengenai media antarbudaya, yang oleh komunikator dapat dilakukan melalui pemilihan media yang menghubungkan perbedaan dua atau lebih budaya. Media itu bisa merupakan pilihan bentuk komunikasi, cara dan kebiasaan berkomunikasi antarpribadi, antarkelompok, komunikasi public dan komunikasi massa.
Komunikan kita berbicara mengani komunikan, yakni sasaran komunikasi yang berbeda kebudayaan dengan komunikator.
Efek Kita berbicara tentang efek atau umpan balik komunikasi antarbudaya berarti berbicara tentang bentuk-bentuk dari dampak.


Keterampilan Komunikasi dan Manusia Terisolasi
Ada empat factor yang membentuk keterampilan berkomunikasi antarbudaya, yakni :
1. bagaimana mengubah diri menjadi lebih sadar tentang hakikat interaksi antarbudaya.
2. Bersikap toleran terhadap interaksi dan pesan-pesan yang seringkali bersikap mendua.
3. Bersikap Empati, dan
4. Kemampuan untuk mengurangi tingkat ketidakpastian dalam interaksi antarbudaya.

Variabel Gaya Pribadi
Komunikasi antarbudaya yang difungsional itu disebabkan Karena orang terlalu menampilkan self oriented yang berlebihan sehingga orang itu menjadi congkak, dan menunjukkan gagasan gaya pribadi berikut ini sering kali tampil dalam komunikasi antar pribadi.

Etniosentrisme
Etniosentrisme adalah suatu perasaan superior atau keunggulan dari suatu kelompk orang yang menganggap kelompok lain lebih interior dan kurang unggul.

Toleransi, Sikap Mendua dan Keluwesan
Komunikasi antarbudaya mengandung sifat mendua, yakni kebudayaan sendiri maupun kebudayaan orang lain.

Empati
Empati dimaksudkan agar anda mulai mengerti dan memahami orang lain “dari dalam”, dari kerangka piker (gagasa yang dia komunikasika), perasaan dan perbuatan (Rogers, 1983), Tindakan empati di awal komunikasi antarbudaya dapat dilakukan melalui kegiatan mendengar secara aktif dan akurat, demikian yang dikemukakan oleh Hammer (1989) Liliweri (1994).

Keterbukaan
Dengan keterbukaan bukan berarti bahwa setiap orang harus membuka diri seluas-luasnya, namun membuka kesempatan untuk sama-sama mengetahui informasi tentang diri maupun tentang lawan bicara.

Kompleksitas Kognitif
Kompleksitas Kognitif mengacu pada kemampuan pribadi untuk mengetahui, dan mengalami orang lain.

Senin, 11 April 2011

bab I. 1.1 ilmu budaya dasar dengan kesustraan

Dalam artikel saya sekarang, saya ingin menjelaskan tentang hubungan ilmu budaya dasar dalam kesustraan

IBD DALAM KESUSTRAAN

Sastra berasal dari kata castra berarti tulisan. Dari makna asalnya dulu, sastra meliputi segala bentuk dan macam tulisan yang ditulis oleh manusia, seperti catatan ilmu pengetahuan, kitab-kitab suci, surat-surat, undang-undang, dan sebagainya.
Ada tiga hal yang berkaitan dengan pengertian sastra, yaitu ilmu sastra, teori sastra, dan karya sastra.

1. Ilmu sastra adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki secara ilmiah berdasarkan metode tertentu mengenai segala hal yang berhubungan dengan seni sastra. Ilmu sastra sebagai salah satu aspek kegiatan sastra meliputi hal-hal berikut :
A. Teori sastra, yaitu cabang ilmu sastra yang mempelajari tentang asas-asas, hukum-hukum, prinsip dasar sastra, seperti struktur, sifat-sifat, jenis-jenis, serta sistem sastra.
B. Sejarah sastra, yaitu ilmu yang mempelajari sastra sejak timbulnya hingga perkembangan yang terbaru.
C. Kritik sastra, yaitu ilmu yang mempelajari karya sastra dengan memberikan pertimbangan dan penilaian terhadap karya sastra. Kritik sastra dikenal juga dengan nama telaah sastra.
D. Filologi, yaitu cabang ilmu sastra yang meneliti segi kebudayaan untuk mengenal tata nilai, sikap hidup, dan semacamnya dari masyarakat yang memiliki karya sastra.
Keempat cabang ilmu tersebut tentunya mempunyai keterkaitan satu sama lain dalam rangka memahami sastra secara keseluruhan.

2. Teori sastra adalah asas-asas dan prinsip-prinsip dasar mengenai sastra dan kesusastraan.

3. Seni sastra adalah proses kreatif menciptakan karya seni dengan bahasa yang baik, seperti puisi, cerpen/novel, atau drama.
Pengetahuan tentang pengertian sastra belum lengkap bila belum tahu manfaatnya. Horatius mengatakan bahwa manfaat sastra itu berguna dan menyenangkan. Secara lebih jelas dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Karya sastra dapat membawa pembaca terhibur melalui berbagai kisahan yang disajikan pengarang mengenai kehidupan yang ditampilkan. Pembaca akan memperoleh pengalaman batin dari berbagai tafsiran terhadap kisah yang disajikan.
2. Karya sastra dapat memperkaya jiwa/emosi pembacanya melalui pengalaman hidup para tokoh dalam karya.
3. Karya sastra dapat memperkaya pengetahuan intelektual pembaca dari gagasan, pemikiran, cita-cita, serta kehidupan masyarakat yang digambarkan dalam karya.
4. Karya sastra mengandung unsur pendidikan. Di dalam karya sastra terdapat nilai-nilai tradisi budaya bangsa dari generasi ke generasi. Karya sastra dapat digunakan untuk menjadi sarana penyampaian ajaran-ajaran yang bermanfaat bagi pembacanya.
5. Karya sastra dapat dijadikan sebagai bahan perbandingan atau penelitian tentang keadaan sosial budaya masyarakat yang digambarkan dalam karya sastra tersebut dalam waktu tertentu.

Menurut Koentjaraningrat sebagaimana dikutip Abdul Chaer dan Leonie dalam bukunya Sosiolinguistik bahwa bahasa bagian dari kebudayaan. Jadi, hubungan antara bahasa dan kebudayaan merupakan hubungan yang subordinatif, di mana bahasa berada dibawah lingkup kebudayaan.10 Namun pendapat lain ada yang mengatakan bahwa bahasa dan kebudayaan mempunyai hubungan yang koordinatif, yakni hubungan yang sederajat, yang kedudukannya sama tinggi.
Masinambouw menyebutkan bahwa bahasa dan kebudayaan merupakan dua sistem yang melekat pada manusia. Kalau kebudayaan itu adalah sistem yang mengatur interaksi manusia di dalam masyarakat, maka kebahasaan adalah suatu sistem yang berfungsi sebagai sarana berlangsungnya interaksi itu.
Masalah sastra dan seni sangat erat hubungannya dengan ilmu budaya dasar, karena materi-materi yang diulas oleh ilmu budaya dasar ada yang berkaitan dengan sastra dan seni.Budaya Indonesia sanagat menunjukkan adanya sastra dan seni didalamnya. Latar belakang IBD dalam konteks budaya, negara dan masyarakat Indonesia berkaitan dengan masalah sebagai berikut :
1. Kenyataan bahwa bangsa indonesia berdiri atas suku bangsa dengan segala keanekaragaman budaya yg tercemin dalam berbagai aspek kebudayaannya, yg biasanya tidak lepas dari ikatan2 primordial, kesukaan, dan kedaerahan .
2. Proses pembangunan yg sedang berlangsung dan terus menerus menimbulkan dampak positif dan negatif berupa terjadinya perubahan dan pergeseran sistem nilai budaya sehingga dengan sendirinya mental manusiapun terkena pengaruhnya .
3. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi menimbulkan perubahan kondisi kehidupan mausia, menimbulkan konflik dengan tata nilai budayanya, sehingga manusia bingung sendiri terhadap kemajuan yg telah diciptakannya .
Pokok-pokok yang terkandung dari beberapa devinisi kebudayaan
1. Kebudayaan yang terdapat antara umat manusia sangat beragam
2. Kebudayaan didapat dan diteruskan melalui pelajaran
3. Kebudayaan terjabarkan dari komponen-komponen biologi, psikologi dan sosiologi
4. Kebudayaan berstruktur dan terbagi dalam aspek-aspek kesenian, bahasa, adat istiadat, budaya daerah dan budaya nasional
Ilmu Budaya Dasar Merupakan Pengetahuan Tentang Perilaku Dasar-Dasar Dari Manusia. Unsur-unsur kebudayaan
1. Sistem Religi/ Kepercayaan
2. Sistem organisasi kemasyarakatan
3. Ilmu Pengetahuan
4. Bahasa dan kesenian
5. Mata pencaharian hidup
6. Peralatan dan teknologi

Bab 3. 3.2 Hubungan Budaya dengan Ilmu Budaya Dasar

Hubungan Budaya dengan Ilmu Budaya Dasar
pada bab ini saya ingin menjelaskan hubungan budaya dengan ilmu budaya dasar yang saya kaitkan dengan manusia. silahkan simak penjelasan dari saya.

A. MANUSIA
Manusia di alam dunia ini mempunyai peranan yang unik, dan dapat dipandang dari banyak segi. Dalam ilmu kimia, manusia dipandang sebagai kumpulan dari partikel-partikel atom yang membentuk jaringan-jaringan sistem yang dimiliki oleh manusia. Menurut ilmu fisika, manusia merupakan kumpulan dari berbagai system fisik yang saling terkait satu sama lain dan merupakan kumpulan dari energy. Ilmu biologi, manusia merupakan makhluk biologis yang tergolong dalam golongan makhluk mamalia. Dalam ilmu-ilmu sosial, manusia ialah makhluk yang ingin memperoleh keuntungan atau selalu memperhitungkan setiap kegiatan, ini disebut homo economicus. Ilmu sosiologi, manusia merupakan makhluk social yang tidak dapat berdiri sendiri. Ilmu politik, manusia adalah makhluk yang selalu ingin mempunyai kekuasaan. Ilmu filsafat, manusia merupakan makhluk yang berbudaya.
Ada 2 pandangan yang akan kita jadikan acuan untuk menjelaskan tentang unsur-unsur yang membangun manusia, diantaranya :
1). Manusia itu terdiri dari 4 unsur yang saling terkait, yaitu :
a. Jasad : Badan kasar manusia yang Nampak pada luarnya, dapat diraba, difoto, dan menempati ruang & waktu.
b. Hayat : mengandung unsur hidup, yang ditandai dengan gerak.
c. Ruh : bimbingan dan pimpinan Tuhan, daya yang bekerja secara spiritual dan memahami kebenaran, suatu kemampuan mencipta yang bersifat konseptual yang menjadi pusat lahirnya kebudayaan.
d. nafs : kesadaran tentang diri sendiri.
2). Manusia sebagai satu kepribadian mengandung 3 unsur, yaitu :
a. Id : struktur kepribadian yang paling primitif dan paling tidak nampak. Id merupakan libido murni , atau energy psikis yang menunjukkan cirri alami yang irrasional dan terkait dengan sex, yang secara instingual menentukan proses-proses ketidaksadaran (unconscious). Id tidak berhubungan dengan lingkungan luar diri, tetapi terkait struktur lain kepribadian yang pada gilirannya menjadi mediator antara insting Id dengan dunia luar. Proses pemenuhan kepuasan yang dilakukan secara tidak langsung melalui mimpi atau khayalan disebut sebagai proses primer.
b. Ego : struktur kepribadian yang pertama kali dibedakan dari Id, seringkali disebut sebagai kepribadian “eksekutif” karena peranannya dalam menghubungkan energy Id ke dalam sluran social yang dapat dimengerti oleh orang lain. Perkembangan ego terjadi antara usia 1 dan 2 tahun. Ego diatur oleh prinsip realitas, sadar akan tuntunan lingkungan luar, dan mengatur tingkah laku sehingga dorongan instingual Id dapat dipuaskan dengan cara yang dapat diterima. Pencapaian ojek-objek khusus untuk mengurangi energy libidinal dengan cara yang dalam lingkungan social dapat diterima disebut sebagai proses sekunder.
c. Superego : struktur kepribadian yang muncul kira-kira pada usia 5 tahun yang merupakan kesatuan standar-standar moral yang diterima oleh ego dari sejumlah agen yang mempunyai otoritas di dalam lingkungan luar diri, biasanya merupakan asimilasi dari pandangan-pandangan orang tua. Kode moral positif disebut ego ideal, suatu perwakilan dari tingkah laku yang tepat bagi individu yang dilakukan. Superego dan Id berada dalam kondisi konflik langsung, dan ego menjadi penengah/mediator. Jadi, superego menunjukkan pola aturan yang dalam derajat tertentu menghasilkan control diri melalui system imbalan dan hukuman yang terinternalisasi.

B. HAKEKAT MANUSIA
a). Makhluk ciptaan Tuhan yang terdiri dari tubuh dan jiwa sebagai satu kesatuan yang utuh.
Tubuh adalah materi yang dapat dilihat, diraba, dirasa, wujudnya konkret tapi tidak abadi. Jiwa terdapat di dalam tubuh, tidak dapat dilihat dan diraba, sifatnya abstrak, tapi abadi. Jiwa adalah roh yang ada di dalam tubuh manusia.sebgai penggerak dan sumber kehidupan.
b). Makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna, jika dibandingkan dengan makhluk lainnya.
Kesempurnaan terletak pada adab dan budayanya, karena manusia dilengkapi oleh penciptanya dengan akal, perasaan, dan kehendak yang terdapat di dalam jiwa manusia. Dengan akal (ratio) manusia mampu menciptakan IPTEK. Selanjutnya, dengan adanya perasaan, manusia mampu menciptakan kesenian. Daya rasa (perasaan) dalam diri manusia ada 2 macam, yaitu perasaan inderawi (rangasangan jasmani melalui pancaindera, tingkatnya rendah dan terdapat pada manusia atau binatang) dan perasaan rohani (perasaan luhur yang hanya terdapat pada manusia), misalnya :
1. Perasaan intelektual, yaitu perasaan yang berkenaan dengan pengetahuan.
2. Perasaan estetis, yaitu perasaan yang berkenaan dengan keindahan.
3. Perasaan etis, yaitu perasaan yang berjenaan denagn kebaikan.
4. Perasaan diri, yaitu perasaan yang berkenaan dengan harga diri karena ada kelebihan dari yang lain.
5. Perasaan social, yaitu perasaan yang berkenaan dengan kelompok atau korp atau hidup bermasyarakat, ikut merasakan kehidupan orang lain.
6. Perasaan religious, yaitu perasaan yang berkenaan denang agama/kepercayaan.
c). Makhluk biokultural, yaitu makhluk hayati yang budayawi.
Manusia sebagai makhluk hayati, manusia dapat dipelajari dari segi-segi anatomi, fisiologi/faal, biokimia, psikobiologi, patologi, genetika, dsb. Sebagai makhluk budayawi, manusia dapat dipelajari dari segi-segi : kemasyarkatan, kekerabatan, psikologi social, kesenian, ekonomi, dsb.
d).Makhluk ciptaan Tuhan yang terikat dengan linkungan (ekologi), mempunyai kualitas dan martabat karena kemampuan bekerja dan berkarya.
Soren Kienkegaard seorang filsuf Denmark pelopor ajaran “eksistensialisme” memandang manusia dalam satu konteks kehidupan konkret adalah makhluk alamiah yang terikat dengan lingkungannya (ekologi) memiliki sifat-sifat alamiah dan tunduk pada hukum alamiah pula.
Hidup manusia mempunyai 3 taraf, yaitu estetis, etis dan religious. Dengan kehidupan estetis, manusia mampu menangkap dunia sekitarnya sebagai dunia yang mengagumkan dan mengungkapkan kembali (karya) dalam lukisan, tarian, nyanyian yang indah. Dengan etis, manusia meningkatkan kehidupan estetis ke dalam tingkatan manusiawi dalam bentuk-bentuk keputusan bebas dan dipertanggungjawabkan. Dengan kehidupan religius, manusia menghayati pertemuannya dengan Tuhan.

C. KEPRIBADIAN BANGSA TIMUR
Sampai sekarang, ilmu psikologi di Negara-negara Barat itu terutama mengembangkan konsep-konsep-konsep dan teori –teori yang mengenai aneka warna isi jiwa, serta metode-metode dan alat-alat untuk menganalisis dan mengukur secara detail variasi isi jiwa individu itu . Sebaliknya, ilmu itu masih kurang mengembangkan konsep-konsep yang dapat menganalisis jaringan berkait antara jiwa individu dan lingkungan social budayanya.
Untuk menghindari pendekatan terhadap jiwa manusia itu, hanya sebagai subjek yang terkandung dalam batas individu yang terisolasi, maka Francis L.K Hsu telah mengembangkan suatu konsepsi, bahwa dalam jiwa manusia sebagai makhluk social budaya itu mengandung 8 daerah yang seolah-olah seperti lingkaran-lingkaran konsentris sekitar diri pribadi.
No. 7 dan 6 : daerah tak sadar dan sub sadar, berada di daerah pedalaman dari alam jiwa individu dan terdiri dari bahan pikiran dan gagasan yang tekah terdesak ke dalam, sehingga tidak disadari lagi oleh individu yang bersangkutan.
No. 5 : kesadaran yang tak dinyatakan (unexpressed conscious), lingkaran itu terdiri dari pikiran-pikiran dan gagasan-gagasan yang disadari oleh si individu yang bersangkutan, tetapi disimpannya saja di dalam alam jiwanya sendiri dan tak dinyatakan kepada siapapun juga dalam lingkungannya.
No. 4 : kesadaran yang dinyatakan (expressed conscious), lingkaran ini di dalam alam jiwa manusia mengandung pikiran-pikiran, gagasan-gagasan dan perasaan-perasaan yang dapat dinyatakan secara terbuka oleh si individu-individu kepada sesamanya, yang dengan mudah diterima dan dijawab oleh sesamanya.
No. 3 : lingkaran hubungan karib, mengandung konsepsi tentang orang-orang, binatang-binatang, atau benda-benda yang oleh si individu diajak bergaul secara mesra dan karib, yang bias dipakai sebagai tempat berlindung dan tempat mencurahkan isi hati apabila ia sedang terkena tekanan batin atau dikejar-kejar ole kesedihan dan oleh masalah-masalah hidup yang menyulitkan.
No. 2 : lingkungan hubungan berguna, tidak lagi ditandai oleh sikap saying dan mesra, melainkan ditentukan oleh fungsi kegunaan dari orang, binatang atau benda-benda itu bagi dirinya.
No. 1 : lingkaran hubungan jauh, terdiri dari pikiran dan sikap dalam alam jiwa manusia tentang manusia, benda-benda, alat-alat, pengetahuan dan adat yang ada dalam kebudayaan dan masyarakat sendiri, tetapi yang jarang sekali mempunyai arti dan pengaruh langsung langsung terhadap terhadap kehoidupan sehari-hari.
No. 0 : linkungan dunia luar, terdiri dari pikiran-pikiran dan anggapan-anggapan yang hampir sama dengan pikiran yang terletak di luar masyarakat dan Negara Indonesia, dan ditanggapi oleh individu bersangkutan dengan sikap masa bodoh.
Banyak orang masih sering mempersoalkan perbedaan antara kebudayaan Barat dan kebudayaan Timur. Padahal konsep itu berasal dari orang Eropa Barat dalam zaman ketika mereka berexpansi menjelajahi dunia.
Orang-orang yang sering mendiskusikan kontras antara kedua konsep tersebut secara populer, biasanya menyangka bahwa kebudayaan Timur lebih mementingkan kehidupan kerohanian, mistik, piliran preologis, keramahtamahan, dan gotong royong. Sedangakan, kebudayaan Barat lebih mementingkan kebendaan, pikiran logis, hubungan asas guna (hubungan hanya berdasarkan prinsip guna), dan individualisme.

D. PENGERTIAN KEBUDAYAAN
2 orang antropolog terkemuka yaitu Melville J. Herkovits dan Bronislaw Malinowski mengemukakan bahwa Cultural Deternism berarti segala sesuatu yang terdapat di dalam masyarakat ditentukan adanya oleh kebudayaan yang dimiliki masyarakat itu.
Kebudayaan jika dikaji dari asal kata bahasa Sansekerta berasal dari kata budhayah = budi/akal. Dalam bahasa Latin, kebudayaan berasal dari kata colere = mengolah tanah. Jadi, kebudayaan secara umum adalah “segala sesuatu yang dihasilkan oleh akal budi (pikiran) manusia dengan tujuan untuk mengolah tanah atau tempat tinggalnya, atau dapat pula diartikan segala usaha manusia untuk dapat melangsungkan dan mempertahankan hidupnya di dalam lingkungannya”.
Kebudayaan dengan demikian mencakup segala aspek kehidupan manusia, baik yang sifatnya material, seperti peralatan-peralatan kerja dan teknologi, maupun yang non-material seperti nilai kehidupandan seni-seni tertentu.
- Seorang antropolog yaitu E.B.Tylor (1871) mendefinisikan kebudayaan sebagai berikut :
Kebudayaan adalah kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral hukum, adat istiadat dan kemampuan-kemampuan lain serta kebiasaan-kebiasaan yang didapatkan oleh manusia sebagai anggota masyarakat.
- Selo Sumarjan dan Soelaeman Soemardi merumuskan kebudayaan sebagai semua hasil karya, rasa dan cipta masyarakat.
- Kroeber dan Klukhon mendefinisikan kebudayaan terdiri atas berbagai pola, bertingkah laku mantap, pikiran, perasaan dan reaksi yang diperoleh dan terutama diturunkan oleh symbol-simbol yang menyusun pencapaiannya secara tersendiri dari kelompok-kelompok manusia.
Secara praktis bahwa kebudayaan merupakan system nilai dan gagasan utam (vital), yang terwujud dalam 3 sistem kebudayaan secara terperinci, yaitu system ideology, system social dan system teknologi. Sistem ideology meliputi etika, norma, adat istiadat, peraturan hokum yang berfungsi sebagai pengarahan untuk system social dan berupa interpretasi operasional dari system nilai dan gagasan utama yang berlaku dalam masyarakat. Sistem social meliputi hubungan dan kegiatan social di dalam masyarakat. Sistem teknologi meliputi segala perhatian serta penggunaanya, sesuai dengan nilai budaya yang berlaku.

E. UNSUR-UNSUR KEBUDAYAAN
Melville J. Herkovits mengatakan bahwa ada 4 unsur dalam kebudayaan, yaitu alat-alat teknologi , system ekonomi, keluarga, dan kekuatan politik. Sedangkan, Bronislaw Malinowski mengatakan bahwa unsure-unsur itu terdiri system norma, organisasi ekonomi, alat-alat atau lembaga-lembaga ataupun petugas pendidikan, dan organisasi kekuatan. Lalu menurut C. Kluckhohn di dalam karyanya berjudul Universal Categories of Culture mengemukakan ada 7 unsur kebudayaan universal, yaitu :
1. Sistem Religi ( system kepercayaan) : Produk manusia sebagai homo religious, maksudnya manusia tanggap bahwa di atas kekuatan dirinya terdapat kekuatan lain yang Maha Besar.
2. Sistem Organisasi kemasyarakatan : Produk manusia sebagai homo socius.
3. Sistem Pengetahuan : Produk manusia sebagai homo sapiens, maksudnya pengetahuan itu dapat diperoleh dari pemikiran sendiri dan didapat juga dari orang lain.
4. Sistem mata pencaharian hidup dan sistem-sistem ekonomi : produk manusia sebagai homo economicus, menjadikan tingkat kehidupan manusia secara umum terus meningkat.
5. Sistem Teknologi dan Peralatan : produk dari manusia sebagai homo faber.
6. Bahasa : produk manusia sebagai homo longuens.
7. Kesenian : hasi dari manusia sebagai homo aesteticus.
Cultural universal tersebut, dapat dijabarkan lagi ke dalam unsur-unsur yang lebih kecil. Disebut kegiatan-kegiatan kebudayaan atau Cultural activity, kemudian dibagi lagi menjadi unsure-unsur yang lebih kecil lagi disebut trait-complex, dan akhirnya sebagai unsure kebudayaan terkecil yang membentuk trait, adalah items.
Pendapat umum mengatakan, bahwa kebudayaan dapat dibedakan dalam 2 bentuk wujudnya, yaitu kebudayaan bendaniah (material) dan kebudayaan rohaniah (spiritual).

F. WUJUD KEBUDAYAAN
Menurut dimensi wujudnya, kebudayaan mempunyai 3 wujud yaitu :
1. Kompleks gagasan, konsep, dan pikiran manusia.
2. Kompleks aktivitas.
3. Wujud sebagai benda.
G. ORIENTASI NILAI BUDAYA
Menurut C. Kluckhohn dalam karyanya Variations in Value Orientation (1961) system nilai budaya dalam semua kebudayaan di dunia, secara universal menyangkut 5 masalah pokok kehidupan manusia yaitu :
1. Hakikat Hidup Manusia
2. Hakikat Karya Manusia
3. Hakikat Waktu Manusia

H. PERUBAHAN KEBUDAYAAN
Terjadinya gerak/perubahan ini disebabkan oleh beberapa hal :
1. Sebab-sebab yang berasal dari dalam masyarakat dan kebudayaannya sendiri, missal perubahan jumlah dan komposisi penduduk.
2. Sebab-sebab perubahan lingkungan alam dan fisik tempat mereka hidup.
Perubahan kebudayaan ialah perubahan yang terjadi dalam system ide yang dimiliki bersama oleh para warga masyarkat yang bersangkutan, antara lain aturan-aturan, norma-norma yang digunakan sebagai pegangan dalam kehidupan, juga teknologi, selera,kesenian,dan bahasa.
Beberapa masalah yang menyangkut proses akulturasi kebudayaan ,diantaranya :
1. Pada umumnya unsur-unsur kebudayaan asing yang mudah diterima adalah :
- Unsur kebudayaan kebendaan seperti peralatan yang terutama sangat mudah dipakai dan dirasakan sangat bermanfaat bagi masyarakat yang menerimanya.
- Unsur-unsur yang terbukti membawa manfaat besar.
- Unsur yang mudah disesuaikan dengan keadaan masyarakatnya.
2. Unsur-unsur Kebudayaan yang sulit diterima oleh sesuatu masyarakat, misalnya :
- Unsur yang menyangkut system kepercayaan seperti ideology,falsafah hidup,dll.
- Unsur-unsur yang dipelajari pada taraf pertama proses sosialisasi.
3. Pada umumnya, generasi muda dianggap sebagai individu-individu yang cepat menerima unsure-unsur kebudayaan asing yang masuk melalui proses akulturasi.
4. Suatu masyarakat yang terkena proses akulturasi, selalu ada kelompok-kelompok individu yang sukar sekali atau bahkan tak dapat menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan yang terjadi.
Berbagai factor yang mempengaruhi diterima/tidaknya suatu unsure kebudayaan baru diantaranya :
1. Corak struktur social suatu masyarakat turut menentukan proses penerimaan kebudayaan baru.
2. Suatu unsur kebudayaan diterima jika sebelumnya sudah ada unsur-unsur kebudayaan yang menjadi landasan bagi diterimanya unsure kebudayaan yang baru tersebut.
3. Apabila unsur yang baru itu memiliki skala kegiatan yang terbatas, dan dapat dengan mudah dibuktikan kegunaannya ole warga masyarakat yang bersangkutan.
I. KAITAN MANUSIA DAN KEBUDAYAAN
Dari sisi lain, hubungan antara manusia dengan kebudayaan ini dapat dipandang setara dengan hubungan antara manusia dengan masyarakat dinyatakan sebagai dialektis, maksudnya saling terkait satu sama lain. Proses dialektis ini tercipta melalui 3 tahap yaitu :
1. Eksternalisasi : proses dimana manusia mengekspresikan dirinya dengan membangun dunianya.
2. Obyektivasi : proses dimana masyarakat menjadi realitas obyektif.
3. Internalisasi : proses dimana masyarakat disergap kembali oleh manusia.
Pada kondisi sekarang ini kita tidak dapat lagi membedakan mana yang lebih awal muncul, manusia/kebudayaan. Analisa terhadap keberadaan keduanya harus menyertakan pembatasan masalah dan waktu agar penganalisaan dapat dilakukan dengan lebih cermat.

sumber :
- miracle
- ari kaka