Senin, 11 April 2011

Bab 3. 3.2 Hubungan Budaya dengan Ilmu Budaya Dasar

Hubungan Budaya dengan Ilmu Budaya Dasar
pada bab ini saya ingin menjelaskan hubungan budaya dengan ilmu budaya dasar yang saya kaitkan dengan manusia. silahkan simak penjelasan dari saya.

A. MANUSIA
Manusia di alam dunia ini mempunyai peranan yang unik, dan dapat dipandang dari banyak segi. Dalam ilmu kimia, manusia dipandang sebagai kumpulan dari partikel-partikel atom yang membentuk jaringan-jaringan sistem yang dimiliki oleh manusia. Menurut ilmu fisika, manusia merupakan kumpulan dari berbagai system fisik yang saling terkait satu sama lain dan merupakan kumpulan dari energy. Ilmu biologi, manusia merupakan makhluk biologis yang tergolong dalam golongan makhluk mamalia. Dalam ilmu-ilmu sosial, manusia ialah makhluk yang ingin memperoleh keuntungan atau selalu memperhitungkan setiap kegiatan, ini disebut homo economicus. Ilmu sosiologi, manusia merupakan makhluk social yang tidak dapat berdiri sendiri. Ilmu politik, manusia adalah makhluk yang selalu ingin mempunyai kekuasaan. Ilmu filsafat, manusia merupakan makhluk yang berbudaya.
Ada 2 pandangan yang akan kita jadikan acuan untuk menjelaskan tentang unsur-unsur yang membangun manusia, diantaranya :
1). Manusia itu terdiri dari 4 unsur yang saling terkait, yaitu :
a. Jasad : Badan kasar manusia yang Nampak pada luarnya, dapat diraba, difoto, dan menempati ruang & waktu.
b. Hayat : mengandung unsur hidup, yang ditandai dengan gerak.
c. Ruh : bimbingan dan pimpinan Tuhan, daya yang bekerja secara spiritual dan memahami kebenaran, suatu kemampuan mencipta yang bersifat konseptual yang menjadi pusat lahirnya kebudayaan.
d. nafs : kesadaran tentang diri sendiri.
2). Manusia sebagai satu kepribadian mengandung 3 unsur, yaitu :
a. Id : struktur kepribadian yang paling primitif dan paling tidak nampak. Id merupakan libido murni , atau energy psikis yang menunjukkan cirri alami yang irrasional dan terkait dengan sex, yang secara instingual menentukan proses-proses ketidaksadaran (unconscious). Id tidak berhubungan dengan lingkungan luar diri, tetapi terkait struktur lain kepribadian yang pada gilirannya menjadi mediator antara insting Id dengan dunia luar. Proses pemenuhan kepuasan yang dilakukan secara tidak langsung melalui mimpi atau khayalan disebut sebagai proses primer.
b. Ego : struktur kepribadian yang pertama kali dibedakan dari Id, seringkali disebut sebagai kepribadian “eksekutif” karena peranannya dalam menghubungkan energy Id ke dalam sluran social yang dapat dimengerti oleh orang lain. Perkembangan ego terjadi antara usia 1 dan 2 tahun. Ego diatur oleh prinsip realitas, sadar akan tuntunan lingkungan luar, dan mengatur tingkah laku sehingga dorongan instingual Id dapat dipuaskan dengan cara yang dapat diterima. Pencapaian ojek-objek khusus untuk mengurangi energy libidinal dengan cara yang dalam lingkungan social dapat diterima disebut sebagai proses sekunder.
c. Superego : struktur kepribadian yang muncul kira-kira pada usia 5 tahun yang merupakan kesatuan standar-standar moral yang diterima oleh ego dari sejumlah agen yang mempunyai otoritas di dalam lingkungan luar diri, biasanya merupakan asimilasi dari pandangan-pandangan orang tua. Kode moral positif disebut ego ideal, suatu perwakilan dari tingkah laku yang tepat bagi individu yang dilakukan. Superego dan Id berada dalam kondisi konflik langsung, dan ego menjadi penengah/mediator. Jadi, superego menunjukkan pola aturan yang dalam derajat tertentu menghasilkan control diri melalui system imbalan dan hukuman yang terinternalisasi.

B. HAKEKAT MANUSIA
a). Makhluk ciptaan Tuhan yang terdiri dari tubuh dan jiwa sebagai satu kesatuan yang utuh.
Tubuh adalah materi yang dapat dilihat, diraba, dirasa, wujudnya konkret tapi tidak abadi. Jiwa terdapat di dalam tubuh, tidak dapat dilihat dan diraba, sifatnya abstrak, tapi abadi. Jiwa adalah roh yang ada di dalam tubuh manusia.sebgai penggerak dan sumber kehidupan.
b). Makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna, jika dibandingkan dengan makhluk lainnya.
Kesempurnaan terletak pada adab dan budayanya, karena manusia dilengkapi oleh penciptanya dengan akal, perasaan, dan kehendak yang terdapat di dalam jiwa manusia. Dengan akal (ratio) manusia mampu menciptakan IPTEK. Selanjutnya, dengan adanya perasaan, manusia mampu menciptakan kesenian. Daya rasa (perasaan) dalam diri manusia ada 2 macam, yaitu perasaan inderawi (rangasangan jasmani melalui pancaindera, tingkatnya rendah dan terdapat pada manusia atau binatang) dan perasaan rohani (perasaan luhur yang hanya terdapat pada manusia), misalnya :
1. Perasaan intelektual, yaitu perasaan yang berkenaan dengan pengetahuan.
2. Perasaan estetis, yaitu perasaan yang berkenaan dengan keindahan.
3. Perasaan etis, yaitu perasaan yang berjenaan denagn kebaikan.
4. Perasaan diri, yaitu perasaan yang berkenaan dengan harga diri karena ada kelebihan dari yang lain.
5. Perasaan social, yaitu perasaan yang berkenaan dengan kelompok atau korp atau hidup bermasyarakat, ikut merasakan kehidupan orang lain.
6. Perasaan religious, yaitu perasaan yang berkenaan denang agama/kepercayaan.
c). Makhluk biokultural, yaitu makhluk hayati yang budayawi.
Manusia sebagai makhluk hayati, manusia dapat dipelajari dari segi-segi anatomi, fisiologi/faal, biokimia, psikobiologi, patologi, genetika, dsb. Sebagai makhluk budayawi, manusia dapat dipelajari dari segi-segi : kemasyarkatan, kekerabatan, psikologi social, kesenian, ekonomi, dsb.
d).Makhluk ciptaan Tuhan yang terikat dengan linkungan (ekologi), mempunyai kualitas dan martabat karena kemampuan bekerja dan berkarya.
Soren Kienkegaard seorang filsuf Denmark pelopor ajaran “eksistensialisme” memandang manusia dalam satu konteks kehidupan konkret adalah makhluk alamiah yang terikat dengan lingkungannya (ekologi) memiliki sifat-sifat alamiah dan tunduk pada hukum alamiah pula.
Hidup manusia mempunyai 3 taraf, yaitu estetis, etis dan religious. Dengan kehidupan estetis, manusia mampu menangkap dunia sekitarnya sebagai dunia yang mengagumkan dan mengungkapkan kembali (karya) dalam lukisan, tarian, nyanyian yang indah. Dengan etis, manusia meningkatkan kehidupan estetis ke dalam tingkatan manusiawi dalam bentuk-bentuk keputusan bebas dan dipertanggungjawabkan. Dengan kehidupan religius, manusia menghayati pertemuannya dengan Tuhan.

C. KEPRIBADIAN BANGSA TIMUR
Sampai sekarang, ilmu psikologi di Negara-negara Barat itu terutama mengembangkan konsep-konsep-konsep dan teori –teori yang mengenai aneka warna isi jiwa, serta metode-metode dan alat-alat untuk menganalisis dan mengukur secara detail variasi isi jiwa individu itu . Sebaliknya, ilmu itu masih kurang mengembangkan konsep-konsep yang dapat menganalisis jaringan berkait antara jiwa individu dan lingkungan social budayanya.
Untuk menghindari pendekatan terhadap jiwa manusia itu, hanya sebagai subjek yang terkandung dalam batas individu yang terisolasi, maka Francis L.K Hsu telah mengembangkan suatu konsepsi, bahwa dalam jiwa manusia sebagai makhluk social budaya itu mengandung 8 daerah yang seolah-olah seperti lingkaran-lingkaran konsentris sekitar diri pribadi.
No. 7 dan 6 : daerah tak sadar dan sub sadar, berada di daerah pedalaman dari alam jiwa individu dan terdiri dari bahan pikiran dan gagasan yang tekah terdesak ke dalam, sehingga tidak disadari lagi oleh individu yang bersangkutan.
No. 5 : kesadaran yang tak dinyatakan (unexpressed conscious), lingkaran itu terdiri dari pikiran-pikiran dan gagasan-gagasan yang disadari oleh si individu yang bersangkutan, tetapi disimpannya saja di dalam alam jiwanya sendiri dan tak dinyatakan kepada siapapun juga dalam lingkungannya.
No. 4 : kesadaran yang dinyatakan (expressed conscious), lingkaran ini di dalam alam jiwa manusia mengandung pikiran-pikiran, gagasan-gagasan dan perasaan-perasaan yang dapat dinyatakan secara terbuka oleh si individu-individu kepada sesamanya, yang dengan mudah diterima dan dijawab oleh sesamanya.
No. 3 : lingkaran hubungan karib, mengandung konsepsi tentang orang-orang, binatang-binatang, atau benda-benda yang oleh si individu diajak bergaul secara mesra dan karib, yang bias dipakai sebagai tempat berlindung dan tempat mencurahkan isi hati apabila ia sedang terkena tekanan batin atau dikejar-kejar ole kesedihan dan oleh masalah-masalah hidup yang menyulitkan.
No. 2 : lingkungan hubungan berguna, tidak lagi ditandai oleh sikap saying dan mesra, melainkan ditentukan oleh fungsi kegunaan dari orang, binatang atau benda-benda itu bagi dirinya.
No. 1 : lingkaran hubungan jauh, terdiri dari pikiran dan sikap dalam alam jiwa manusia tentang manusia, benda-benda, alat-alat, pengetahuan dan adat yang ada dalam kebudayaan dan masyarakat sendiri, tetapi yang jarang sekali mempunyai arti dan pengaruh langsung langsung terhadap terhadap kehoidupan sehari-hari.
No. 0 : linkungan dunia luar, terdiri dari pikiran-pikiran dan anggapan-anggapan yang hampir sama dengan pikiran yang terletak di luar masyarakat dan Negara Indonesia, dan ditanggapi oleh individu bersangkutan dengan sikap masa bodoh.
Banyak orang masih sering mempersoalkan perbedaan antara kebudayaan Barat dan kebudayaan Timur. Padahal konsep itu berasal dari orang Eropa Barat dalam zaman ketika mereka berexpansi menjelajahi dunia.
Orang-orang yang sering mendiskusikan kontras antara kedua konsep tersebut secara populer, biasanya menyangka bahwa kebudayaan Timur lebih mementingkan kehidupan kerohanian, mistik, piliran preologis, keramahtamahan, dan gotong royong. Sedangakan, kebudayaan Barat lebih mementingkan kebendaan, pikiran logis, hubungan asas guna (hubungan hanya berdasarkan prinsip guna), dan individualisme.

D. PENGERTIAN KEBUDAYAAN
2 orang antropolog terkemuka yaitu Melville J. Herkovits dan Bronislaw Malinowski mengemukakan bahwa Cultural Deternism berarti segala sesuatu yang terdapat di dalam masyarakat ditentukan adanya oleh kebudayaan yang dimiliki masyarakat itu.
Kebudayaan jika dikaji dari asal kata bahasa Sansekerta berasal dari kata budhayah = budi/akal. Dalam bahasa Latin, kebudayaan berasal dari kata colere = mengolah tanah. Jadi, kebudayaan secara umum adalah “segala sesuatu yang dihasilkan oleh akal budi (pikiran) manusia dengan tujuan untuk mengolah tanah atau tempat tinggalnya, atau dapat pula diartikan segala usaha manusia untuk dapat melangsungkan dan mempertahankan hidupnya di dalam lingkungannya”.
Kebudayaan dengan demikian mencakup segala aspek kehidupan manusia, baik yang sifatnya material, seperti peralatan-peralatan kerja dan teknologi, maupun yang non-material seperti nilai kehidupandan seni-seni tertentu.
- Seorang antropolog yaitu E.B.Tylor (1871) mendefinisikan kebudayaan sebagai berikut :
Kebudayaan adalah kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral hukum, adat istiadat dan kemampuan-kemampuan lain serta kebiasaan-kebiasaan yang didapatkan oleh manusia sebagai anggota masyarakat.
- Selo Sumarjan dan Soelaeman Soemardi merumuskan kebudayaan sebagai semua hasil karya, rasa dan cipta masyarakat.
- Kroeber dan Klukhon mendefinisikan kebudayaan terdiri atas berbagai pola, bertingkah laku mantap, pikiran, perasaan dan reaksi yang diperoleh dan terutama diturunkan oleh symbol-simbol yang menyusun pencapaiannya secara tersendiri dari kelompok-kelompok manusia.
Secara praktis bahwa kebudayaan merupakan system nilai dan gagasan utam (vital), yang terwujud dalam 3 sistem kebudayaan secara terperinci, yaitu system ideology, system social dan system teknologi. Sistem ideology meliputi etika, norma, adat istiadat, peraturan hokum yang berfungsi sebagai pengarahan untuk system social dan berupa interpretasi operasional dari system nilai dan gagasan utama yang berlaku dalam masyarakat. Sistem social meliputi hubungan dan kegiatan social di dalam masyarakat. Sistem teknologi meliputi segala perhatian serta penggunaanya, sesuai dengan nilai budaya yang berlaku.

E. UNSUR-UNSUR KEBUDAYAAN
Melville J. Herkovits mengatakan bahwa ada 4 unsur dalam kebudayaan, yaitu alat-alat teknologi , system ekonomi, keluarga, dan kekuatan politik. Sedangkan, Bronislaw Malinowski mengatakan bahwa unsure-unsur itu terdiri system norma, organisasi ekonomi, alat-alat atau lembaga-lembaga ataupun petugas pendidikan, dan organisasi kekuatan. Lalu menurut C. Kluckhohn di dalam karyanya berjudul Universal Categories of Culture mengemukakan ada 7 unsur kebudayaan universal, yaitu :
1. Sistem Religi ( system kepercayaan) : Produk manusia sebagai homo religious, maksudnya manusia tanggap bahwa di atas kekuatan dirinya terdapat kekuatan lain yang Maha Besar.
2. Sistem Organisasi kemasyarakatan : Produk manusia sebagai homo socius.
3. Sistem Pengetahuan : Produk manusia sebagai homo sapiens, maksudnya pengetahuan itu dapat diperoleh dari pemikiran sendiri dan didapat juga dari orang lain.
4. Sistem mata pencaharian hidup dan sistem-sistem ekonomi : produk manusia sebagai homo economicus, menjadikan tingkat kehidupan manusia secara umum terus meningkat.
5. Sistem Teknologi dan Peralatan : produk dari manusia sebagai homo faber.
6. Bahasa : produk manusia sebagai homo longuens.
7. Kesenian : hasi dari manusia sebagai homo aesteticus.
Cultural universal tersebut, dapat dijabarkan lagi ke dalam unsur-unsur yang lebih kecil. Disebut kegiatan-kegiatan kebudayaan atau Cultural activity, kemudian dibagi lagi menjadi unsure-unsur yang lebih kecil lagi disebut trait-complex, dan akhirnya sebagai unsure kebudayaan terkecil yang membentuk trait, adalah items.
Pendapat umum mengatakan, bahwa kebudayaan dapat dibedakan dalam 2 bentuk wujudnya, yaitu kebudayaan bendaniah (material) dan kebudayaan rohaniah (spiritual).

F. WUJUD KEBUDAYAAN
Menurut dimensi wujudnya, kebudayaan mempunyai 3 wujud yaitu :
1. Kompleks gagasan, konsep, dan pikiran manusia.
2. Kompleks aktivitas.
3. Wujud sebagai benda.
G. ORIENTASI NILAI BUDAYA
Menurut C. Kluckhohn dalam karyanya Variations in Value Orientation (1961) system nilai budaya dalam semua kebudayaan di dunia, secara universal menyangkut 5 masalah pokok kehidupan manusia yaitu :
1. Hakikat Hidup Manusia
2. Hakikat Karya Manusia
3. Hakikat Waktu Manusia

H. PERUBAHAN KEBUDAYAAN
Terjadinya gerak/perubahan ini disebabkan oleh beberapa hal :
1. Sebab-sebab yang berasal dari dalam masyarakat dan kebudayaannya sendiri, missal perubahan jumlah dan komposisi penduduk.
2. Sebab-sebab perubahan lingkungan alam dan fisik tempat mereka hidup.
Perubahan kebudayaan ialah perubahan yang terjadi dalam system ide yang dimiliki bersama oleh para warga masyarkat yang bersangkutan, antara lain aturan-aturan, norma-norma yang digunakan sebagai pegangan dalam kehidupan, juga teknologi, selera,kesenian,dan bahasa.
Beberapa masalah yang menyangkut proses akulturasi kebudayaan ,diantaranya :
1. Pada umumnya unsur-unsur kebudayaan asing yang mudah diterima adalah :
- Unsur kebudayaan kebendaan seperti peralatan yang terutama sangat mudah dipakai dan dirasakan sangat bermanfaat bagi masyarakat yang menerimanya.
- Unsur-unsur yang terbukti membawa manfaat besar.
- Unsur yang mudah disesuaikan dengan keadaan masyarakatnya.
2. Unsur-unsur Kebudayaan yang sulit diterima oleh sesuatu masyarakat, misalnya :
- Unsur yang menyangkut system kepercayaan seperti ideology,falsafah hidup,dll.
- Unsur-unsur yang dipelajari pada taraf pertama proses sosialisasi.
3. Pada umumnya, generasi muda dianggap sebagai individu-individu yang cepat menerima unsure-unsur kebudayaan asing yang masuk melalui proses akulturasi.
4. Suatu masyarakat yang terkena proses akulturasi, selalu ada kelompok-kelompok individu yang sukar sekali atau bahkan tak dapat menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan yang terjadi.
Berbagai factor yang mempengaruhi diterima/tidaknya suatu unsure kebudayaan baru diantaranya :
1. Corak struktur social suatu masyarakat turut menentukan proses penerimaan kebudayaan baru.
2. Suatu unsur kebudayaan diterima jika sebelumnya sudah ada unsur-unsur kebudayaan yang menjadi landasan bagi diterimanya unsure kebudayaan yang baru tersebut.
3. Apabila unsur yang baru itu memiliki skala kegiatan yang terbatas, dan dapat dengan mudah dibuktikan kegunaannya ole warga masyarakat yang bersangkutan.
I. KAITAN MANUSIA DAN KEBUDAYAAN
Dari sisi lain, hubungan antara manusia dengan kebudayaan ini dapat dipandang setara dengan hubungan antara manusia dengan masyarakat dinyatakan sebagai dialektis, maksudnya saling terkait satu sama lain. Proses dialektis ini tercipta melalui 3 tahap yaitu :
1. Eksternalisasi : proses dimana manusia mengekspresikan dirinya dengan membangun dunianya.
2. Obyektivasi : proses dimana masyarakat menjadi realitas obyektif.
3. Internalisasi : proses dimana masyarakat disergap kembali oleh manusia.
Pada kondisi sekarang ini kita tidak dapat lagi membedakan mana yang lebih awal muncul, manusia/kebudayaan. Analisa terhadap keberadaan keduanya harus menyertakan pembatasan masalah dan waktu agar penganalisaan dapat dilakukan dengan lebih cermat.

sumber :
- miracle
- ari kaka

Tidak ada komentar:

Posting Komentar