A. Definisi
Dee Ann Gullies (1996) menjelaskan definisi Pengambilan
keputusan sebagai suatu proses kognitif yang tidak tergesa-gesa terdiri
dari rangkaian tahapan yang dapat dianalisa, diperhalus, dan dipadukan
untuk menghasilkan ketepatan serta ketelitian yang lebih besar dalam
menyelesaikan masalah dan memulai tindakan. Definisi yang lebih
sederhana dikemukakan oleh Hani Handoko (1997), pembuatan keputusan
adalah kegiatan yang menggambarkan proses melalui mana serangkaian
kegiatan dipilih sebagai penyelesaian suatu masalah tertentu.
B. Cara Pengambilan Keputusan
Banyak
cara atau gaya dalam pengambilan keputusan. Ada orang yang cenderung
menghindari masalah, ada juga yang berusaha memecahkan / menyelesaikan
masalah, bahkan ada yang mencari-cari masalah. Pada prinsipnya, cara
pengambilan keputusan mengacu pada bagaimana seseorang mengolah
informasi, apakah lebih dominan menggunakan pikirannya, ataukah dengan
perasaannya. Setelah semua informasi diperoleh melalui fungsi persepsi,
maka seseorang harus melakukan sesuatu dengan informasi tersebut.
Informasi tersebut harus diolah untuk memperoleh suatu kesimpulan guna
mengambil suatu keputusan ataupun membentuk suatu opini. Ada gambaran
preferensi mengenai dua cara yang berbeda tentang bagaimana seseorang
mengambil keputusan ataupun memberikan penilaian, yaitu dengan berfikir
dan dengan perasaan.
Salah satu cara untuk mengambil keputusan adalah
dengan mempergunakan daya nalar. Dengan pikiran biasanya kita akan
memperkirakan konsekwensi logis dari suatu tindakan ataupun pilihan yang
diambil. Apabila kita mengambil keputusan atas dasar pikiran, maka kita
akan mengambil keputusan tersebut secara objektif berdasarkan sebab dan
akibat. Setelah melalui analisa atas dasar fakta dan data yang ada,
maka kita akan mengambil keputusan sesuai dengan konsekwensi logis yang
terjadi, walaupun mungkin terdapat hal-hal yang kurang mengenakkan.
Orang dengan preferensi daya nalar dalam proses pengambilan keputusan,
cenderung untuk mencari kebenaran yang seobjektif mungkin. Mereka pada
umumnya sangat mahir dalam menganalisa mana yang benar dan mana yang
salah’
Cara yang lain untuk mengambil keputusan adalah dengan
mempergunakan perasaan. Perasaan disini bukan berarti emosi, melainkan
dengan mempertimbangkan dampak dari suatu putusan terhadap diri sendiri
dan/atau orang lain. Apakah manfaatnya bagi diri sendiri dan/atau orang
lain (tanpa mempersyaratkan terlebih dahulu bahwa hal tersebut haruslah
logis). Pengambilan keputusan atas dasar perasaan ini berlandaskan pada
nilai-nilai pribadi atau norma-norma, dan bukan mengacu pada tindakan
yang dapat disebut emosionil. Apabila kita mengambil keputusan
berdasarkan perasaan, kita akan mempertanyakan seberapa jauh kita
pribadi akan melibatkan diri secara langsung, seberapa jauh kita merasa
turut bertanggung jawab terhadap dampak atas keputusan yang diambil,
baik terhadap diri sendiri maupun terhadap orang lain. Mereka yang
mempunyai preferensi menggunakan perasaan dalam mengambil keputusan,
cenderung bersikap simpatik, bijaksana dan sangat menghargai sesama.
C. Faktor yang Terkait dengan Pengambilan Keputusan
1. Kecenderungan Dalam Memfokuskan Perhatian
Extroversion
dan introversion adalah skala yang menggambarkan preferensi kearah mana
seseorang lebih suka memfokuskan perhatian. Ada dua arah yang
berlawanan kemana seseorang dapat memfokuskan perhatian yaitu kearah
dunia diluar dirinya atau kearah dunia didalam dirinya.
Orang yang
lebih menyukai extroversion, cenderung untuk memfokuskan perhatiannya
kepada dunia di luar dirinya, yaitu terhadap orang-orang sekelilingnya
dan kejadian-kejadian disekitarnya. Ketika sedang melaksanakan
extroversion dia akan sangat bergairah terhadap apa yang sedang
berlangsung disekitarnya, dan inilah yang akan menimbulkan kecenderungan
kearah mana dia mengarahkan perhatian dan energinya. Orang extrovert
lebih menyukai berkomunikasi melalui kata-kata dari pada dengan tulisan.
Mereka akan lebih mudah memahami sesuatu setelah mengalaminya terlebih
dahulu, oleh sebab itu mereka adalah orang yang menyukai tindakan dari
pada ide/pemikiran (action oriented).
2. Bagaimana Cara Seseorang Memperoleh Informasi
Sensing
dan Intuition adalah skala yang menggambarkan preferensi terhadap dua
cara yang berbeda perihal bagaimana anda memperoleh, merasakan dan
mencoba memahami sesuatu atau informasi. Suatu proses bagaimana anda
menjalankan fungsi persepsi terhadap dunia luar. Informasi yang relevan
diperlukan untuk membuat keputusan manajemen berkualitas tinggi, namun
informasi tersebut jika berlebihan akan dapat mengganggu pengambilan
keputusan. Demikian pula sebaliknya, jika informasi tersebut terlalu
sedikit.
Salah satu cara untuk merasakan dan memahami sesuatu adalah
dengan mempergunakan panca indra kita. Melalui mata, telinga, penciuman
dan indra lainnya, individu dapat merasakan dan memahami apa yang
sesungguhnya terjadi. Panca indra sangatlah berguna untuk dapat
merasakan dan memahami apa yang terjadi saat ini dan secara nyata.
Dengan demikian mereka cenderung realistik dan praktis. Mereka biasanya
sangat mahir untuk bekerja dengan berbagai macam data dan fakta.
Cara
yang lain untuk memahami sesuatu dengan intuisi, dimana kita mencoba
untuk memahami makna atau lambang, hubungan serta pola-pola yang ada,
dan kemungkinan-kemungkinan lainnya, lebih dari sekedar apa yang telah
kita tangkap melalui panca indra. Melalui intuisi individu mencoba untuk
memahami gambaran secara keseluruhan suatu masalah dan mencoba untuk
memperoleh pola dasar hubungan antar unsur-unsurnya dalam masalah
tersebut. Orang yang lebih menyukai intuisi cenderung akan tumbuh dan
berkembang menjadi lebih mampu melihat kemungkinan-kemungkinan lain dan
cara baru untuk menangani suatu masalah. Mereka sangat menghargai
imajinasi dan inspirasi baru.
3. Bagaimana Seseorang Bersikap Terhadap Dunia Luar
Judgement
dan Perception adalah skala yang menggambarkan preferensi bagaimana
seseorang di dalam hidup ini menghadapi dunia luar, dengan perkataan
lain bagaimana ia menanganinya atau mengambil sikap terhadapnya. Arah
yang diambil dalam mengambil sikap ini, sangat erat berkaitan dengan dua
skala terdahulu, yaitu skala pikiran dan perasaan yang berhubungan
dengan sikap mengambil keputusan atau skala sensing dan intuisi yang
berhubungan dengan sikap perseptif.
Mereka yang lebih suka mengambil
sikap mengambil keputusan, Judgement (baik berdasarkan pikiran, atau
perasaan) cenderung untuk mengambil sikap hidup yang terencana dan
teratur, serta berkeinginan sedapat mungkin mengatur dan mengendalikan
hidupnya. Apabila kita sedang menggunakan preferensi sikap mengambil
keputusan, kita berusaha untuk mengambil suatu ketetapan atau keputusan
dan kemudian melaksanakannya. Dengan demikian orang yang mempunyai
preferensi sikap mengambil keputusan, cenderung untuk menghendaki agar
segala sesuatunya jelas, teratur dengan baik dan bila ada masalah ingin
segera diselesaikan.
D. Kombinasi Fungsi dalam Pengambilan Keputusan
1. Sensing Plus Thinking (ST)
Kombinasi
ini adalah kombinasi Indera dan Pikiran. Orang ST pada setiap saat
hanyalah tertarik pada hal-hal yang nyata, suatu realitas. Baginya
realitas berarti apa yang dapat diamati, yang dapat dikumpulkan, dapat
diverifikasi secara langsung dengan menggunakan panca indranya, mata,
hidung, telinga, dan sebagainya. Karena cara proses pengambilan
keputusannya berdasarkan pikirannya, maka mereka mengandalkan analisa
yang logis dan urutan yang sistimatis dalam setiap proses. Mereka lebih
mengandalkan kaidah sebab-akibat dalam mencapai keputusan ataupun
kesimpulan akhir.
2. Sensing Plus Feeling (SF)
Indera dan
Perasaan. Orang SF juga cenderung untuk mengamati realitas pada setiap
situasi. Akan tetapi karena proses pengambilan keputusannya didasarkan
pada perasaan, mereka membuat keputusan dengan mempertimbangkan
dampaknya pada orang-orang yang terkena akibat keputusan itu. Kemampuan
pengamatannya yang tinggi, terutama pada manusia, membuat mereka sangat
sensitif terhadap reaksi dan perasaan orang-orang pada umumnya.
3. Intuition plus Feeling (NF)
Intuisi
dan Perasaan. Orang NF membuat keputusannya dengan simpatik dan penuh
pertimbangan manusiawi. Karena Intuitif, mereka pada dasarnya agak
kurang tertarik pada fakta, tetapi lebih pada kemungkinan yang akan
terjadi. Mereka lebih tertarik pada hal-hal yang baru, sesuatu yang
mungkin belum terjadi saat ini tetapi mungkin akan terjadi dalam masa
mendatang, proyek-proyek baru, atau susuatu pemikiran yang harus
diteliti lebih lanjut, dan sebagainya. Terlebih lagi apabila hal-hal
baru tersebut menyangkut manusia, hal tersebut akan sangat menarik
baginya.
4. Intuition Plus Thinking (NT)
Intuisi dan Pikiran.
Orang NT juga merupakan manusia yang senang melihat hal-hal yang
mungkin terjadi, akan tetapi karena mereka lebih menyukai menggunakan
pikiran, sehingga mereka akan menangani hal-hal yang mungkin terjadi
atas dasar analisa obyektif dan rasional. Mereka akan tertarik pada
pekerjaan dimana mereka dapat mempergunakan keahlian analisanya untuk
memprediksi kemungkinan yang akan terjadi, atau sesuatu rekayasa.
Hal-hal serupa ini banyak dijumpai dalam bidang sains dan teknologi
ataupun dalam bidang karya ilmiah/akademis.
sumber : ghana syakira
Tidak ada komentar:
Posting Komentar